Potret Alam

Kabut yang menyerang hutan.

Potret Alam

Penyerangan masih berlanjut.

Potret Alam

Pohon-pohon juga terserang.

Potret Alam

Jalan menjadi berselimut kabut.

Potret Alam

Hutan kian berkabut tebal.

Thursday, 24 April 2014

Trik Untuk Mencegah Copy Paste di Blog Kalian

Trik Untuk Mencegah Copy Paste di Blog Kalian

          Selamat datang di blogku lagi. Kuucapkan dengan perasaan gembira, penuh senyuman, dan semangat meski takterlihat. Kali ini aku akan memberikan trik keren yang mungkin jarang diketahui oleh beberapa orang. Seperti judul yang tergoreskan di atas. Intinya anti kopas. (bukan salah satu merk koran looo … :D / itu kompas)

· Langkah pertama. Nyalakan komputer/laptopnya … (udah pastilah, bagian yang wajib)
· Selanjutnya. Login ke blog kalian. Dengan akun masing-masing.
· Lalu klik ‘template’ seperti gambar di bawah ini.





















· Setelahnya, klik Edit HTML.





















· Next, tekan ctrl + f (kode untuk mencari kata) dan tulis seperti di dalam lingkaran di bawah ini.





















· And then, tulis kode di bawah <body> seperti ini



















<script src='demo-to-prevent-copy-paste-on-blogger_files/googleapis.js'>
</script>
<script type='text/javascript'>
if (typeof document.onselectstart!=&quot;undefined&quot; ) { document.onselectstart=new Function (&quot;return false&quot; ); } else{
document.onmousedown=new Function (&quot;return false&quot; ); document.onmouseup=new Function (&quot;return true&quot; ); } </script>

· Terakhir, klik pada ‘simpan template’

· Wah, kalian harus mencobanya deh. Kalo masih ada pertanyaan, segera hubungi dokter uppss, maksudnya hubungi aku …


Matur nuwun sampun rawuh wonten blog kulo. Kulo piyambak ngaturaken pamit. Sampai ketemu di lain kesempatan.

Wednesday, 23 April 2014

Pitutur



Pitutur

urip aneng donya iku
kudu sregep anggone ngelmu
uga dhemen makarya
andhap asor mrang wong tuwa
mikul dhuwur mendhem jero
lan guyup rukun kalihan tangga teparo
tan ngibadah mrang Gusti ingkang Maha Kinasih
sarta njaga resiking panggalih
aja seneng agawe prakara ingkang ala
aja tumindak ingkang ora guna
tutur gunem lan ageman kudu tansah dijaga
supaya dadya manungsa
kang jembar kawruhe
jembar segarane
jembar kubure
sarta cepak rejekine

Jeruk Penyelamat

JERUK penyelamat


“Ayo main bola nak, aku yang jadi penjaga gawangnya.”
“Ia Pa. Aku ambil bola dulu ya !”

Kala sinar merah menyinari dunia. Itulah momen yang tepat ‘tuk bersama keluarga. Senja menjelang petang, jikalau waktu mengizinkan, aku selalu menyempatkan diri untuk bersantai sejenak. Apalagi bersama Stevi. Anakku satu-satunya ini memang senang sekali bermain dengan si kulit bundar. Sepakbola dan voli sudah menjadi teman setia. Dan ia juga memiliki kesamaan gen denganku dalam hal hobi. Salah satunya tidak menyukai basket. Dari kejauhan tampak seorang bidadari penyelamatku dan Stevi. Semakin mendekat sambil membawa dua gelas berisi air segar pelepas dahaga.

“Mas, ajak Stevi minum dan istirahat ya !” Kata istriku sembari menghidangkan es jeruk
“Wah es jeruk. Ayo minum dulu Pa” Sahutnya sangat bersemangat

            Aku dan Stevi mulai berbincang-bincang. Tentang benda berwarna orange tersebut. Sepertinya Stevi sangat menyukai sensasi rasanya yang menggelitik saraf lidahnya.

“Pa, ayo kapan-kapan kita beli buah jeruk ya. Manis sekali jeruk buatan mama.”
“Tentu sajalah. Semanis apa pun jeruk, jelas lebih manis hidup di antara keluarga nak. Tapi kau tahu Stev, tidak secepat yang kau bayangkan jeruk itu bisa langsung meluncur ke gelasmu itu. Haha”

“Memangnya apa maksud Pa ?”
“Sudahlah, lain kali aja aku ceritakan. Sekarang kamu mandi ya. Hari mulai malam. Jangan lupa bawa bolanya ke dalam rumah.”

            Lampu alami telah lenyap di ujung cakrawala barat. Berganti sumber sinar buatan manusia. Teman-teman Stevi mulai berdatangan. Mereka sedang belajar PKN. Dengan materinya yaitu sikap rendah hati. Jam sembilan malam. Teman-teman Stevi segera berpamitan. Di malam itu pula aku berjanji kepada Stevi untuk mengajaknya ke toko buah. Stevi pun senang sekali dan segera tidur.

***
            Ketika siklus alam masih berputar seperti biasa, Stevi juga memulai daur hidupnya dengan bangun lalu mandi, kemudian menyantap sumber energi kaya akan gizi yang telah ada di depan tv. Setelah mengucap salam, ia bergegas berangkat sekolah. Motor, mobil, dan sepeda jarang yang melintas mewarnai pagi ini. Berbagai pedagang pinggir jalan mulai meretas asa mencari rezeki. Ada pula loper koran yang melintas. Satu hal yang membuat mata Stevi langsung tersengat adalah pemandangan tepat di depan hidungnya. Pikirannya mulai kacau terinfeksi olehnya. Bukan seorang gadis cantik karena Stevi masih kelas 4 SD. Melainkan adanya berbagai tumpukan buah jeruk yang kelihatan menggoda otak Stevi kala itu. Tanpa peduli kanan kiri, Stevi langsung melangkahkan kedua kakinya dengan cepat ke arah seorang kakek tua penjual jeruk tersebut.

            Dan siapa pun takkan pernah bisa menduga kejadian ini. Dari kejauhan tampak pengendara motor yang melaju bagaikan motto gp. Sontak pengendara tersebut hampir menabrak Stevi. Kakek tersebut melihat hal itu. Tanpa memedulikan usianya, kakek itu langsung berlari menuju Stevi. Lalu mendorong Stevi dan akhirnya BRUKKKK. Suara motor yang terdengar keras memekikkan telinga karena telah menabrak seseorang.

“Astaga, kakek, kau tidak apa-apa kan ?” Tanya pengendara motor itu panik

            Setelah agak sadar, terciumlah bau darah segar mengalir di dekat Stevi. Stevi melihat seorang kakek yang terkapar di tengah jalan. Stevi kaget melihat hal itu. Si pengendara motor itu pun segera membawa kakek ke RS terdekat. Stevi ingin ikut ke RS karena sangat prihatin dengan keadaan kakek itu. Tetapi si pengendara motor itu mengatakan bahwa Stevi harus segera sekolah. Sambil memberinya alamat RS yang akan ditujunya. Dengan wajah yang sangat muram juga hati yang tersentuh karena kakek tadi, Stevi terus berjalan menuju tempat pembelajaran. Juga tidak lupa ia berdoa semoga kakek tersebut segera sembuh.

            Sepulang sekolah, Stevi langsung makan lalu istirahat. Rencananya, sore ini aku akan mengajak Stevi ke toko buah. Tetapi aku tidak tahu kenapa dengan Stevi. Wajahnya yang merana, semangatnya entah dicuri oleh siapa, bahkan satu kata pun belum terdengar darinya.

“Stev, ada masalah apa ? Kok kelihatannya kamu tidak bersemangat. Nanti kan mau beli jeruk.” Aku pun coba menghiburnya
“Tidak ada apa-apa Pa.” Jawabnya sambil masih tertunduk
“Baiklah. Kalau begitu kamu segera siap-siap ya. Kita akan beli buah jeruk kesukaanmu”

            Lalu kami berdua pun berangkat menuju ke rumah buah. Sesampainya di sana, banyak sekali pemandangan yang seharusnya membuat Stevi kegirangan. Berbagai jeruk menampilkan paras moleknya. Seperti di acara pameran gaun di Prancis. Pesertanya ada dari lokal maupun impor. Entah sejauh berapa kilometer asal mula jeruk itu sampai ke gedung pementasan ini. Entah berapa lamanya biji bisa tumbuh menjadi pohon lalu menghasilkan buah jeruk. Tetapi Stevi tetap saja menundukkan pandangannya. Aku tidak tahu kenapa ia bisa terlihat sesedih ini. Akhirnya kami pun keluar dari toko dengan tangan hampa. Dalam suasana yang kian memburuk, aku menyempatkan diri untuk bertanya sekali lagi kepada anakku tersebut.

“Ada apa nak ? Ceritakanlah pada bapak. Jangan disimpan sendiri donk !”

            Stevi masih belum menjawab pertanyaanku. Kulihat digenggaman tangan kanannya ada kertas. Aku coba meminta Stevi untuk membukanya. Ternyata bertuliskan alamat RS.

“Pa, ayo kita pergi ke RS ini. Aku ingin bertemu dengan orang itu Pa.” Stevi pun mulai meneteskan air-air kesedihan.

            Meski aku belum tahu isi hati Stevi, demi membuatnya kembali bersinar cerah lagi, aku segera mengantarkan Stevi ke RS yang dimaksud. Sesampainya di sana, aku dan Stevi segera mencari ruangan yang ingin dituju Stevi. Berbagai lekuk koridor yang berliku-liku, berbelok-belok, dan membingungkan bak labirin tidak membuat Stevi patah semangat. Ia terus berusaha menemukan ruangan tempat seseorang sedang dirawat. Dan, inilah kamar yang dimaksud. Aku dan Stevi membuka pintu yang di dalamnya berisi semua pertanyaanku. Aku lihat ada seorang yang duduk di samping kakek yang terbujur lemah di kasur. Seketika Stevi langung bergegas ke samping kakek tersebut.

“Kakek, apa kakek baik-baik saja ? Aku takkan pernah melupakan kejadian tadi. Betapa hebatnya kakek yang tidak peduli usia dan juga resiko hanya untuk menyelamatkanku.”
“Tunggu, kakek itu tadi kenapa ?” Aku pun bertanya kepada seorang yang duduk
“Sebelumnya, maafkan aku dulu pak. Tadi pagi aku melaju dengan kecepatan tinggi. Tiba-tiba anakmu itu menyeberang tanpa memperhatikan keadaan. Karenanya, aku hampir menabraknya. Sampai ada seorang kakek penjual buah jeruk yang menyelamatkan anakmu.” Jelasnya panjang lebar
“Hmm, jadi ini penyebabnya. Anakku yang biasanya bersemangat langsung 180 derajat berbalik suram, kelam, hingga terlihat tenggelam.” Kataku dalam hati

            Mendengar cerita dari anakku dan pengendara tersebut, aku pun sangat terharu akan kebaikan seorang kakek tua penjual jeruk itu. Tanpa memedulikan resiko atau pun dirinya sendiri, ia mengorbankan keselamatannya demi anak orang lain. Aku yakin kakek itu adalah contoh orang yang sangat rendah diri dan baik hatinya jarang dimiliki orang. Beberapa saat kemudian, kakek itu sadar. Ia melihat Stevi. Anak yang ia selamatkan tadi pagi. Melihat kakek itu telah mulai mengamati sekitar, Stevi langsung menuju lagi ke dekat kakek sambil menangis tersedu-sedu hingga deras air matanya terus mengalir takterbendung. Betapa tersentuh hatinya melihat keadaan kakek itu setelah menyelamatkannya.

“Hei nak. Bagaimana keadaanmu ? Baik-baik saja kan ?”
“Aku selamat kek, atas pengorbanan kakek tadi pagi. Bagaimanapun kakek adalah orang yang luar biasa. Aku takkan melupakan momen pagi tadi kek.”
“Syukurlah. Yang penting kamu bisa terus sehat dan selamat. Karena kamu masih punya masa depan yang panjang. Untuk dirimu dan orang-orang di sekitarmu.”
“Ia kek. Kalau tidak ada kakek, apa yang ‘kan terjadi selanjutnya.”
“Tidak apalah nak. Selanjutnya, kamu harus berhati-hati ya. Bisa saja sekitarmu menjadi jahat atau baik kepadamu. Bisa menguntungkan atau merugikanmu. Jangan lupa juga kamu bersyukur kepada Tuhan. Karena Dialah penyelamat kita sesungguhnya.”

            Kata-kata dari kakek itu memang sangatlah bijak. Aku coba memaknai tiap untaian kata-kata mutiaranya. Sungguh indah nan penuh makna. Senja menjelang berganti malam. Aku dan Stevi segera pamitan. Sebelumnya, Stevi mengajakku ke bagian administrasi RS. Stevi meminta penjaga administrasi menghubunginya jika kakek itu telah pulih semua luka-lukanya.

***
            Dua minggu telah berlalu. Aku mendapat kabar dari RS bahwa kakek penjual buah jeruk telah sembuh. Begitu mengetahuinya, Stevi langsung bergegas mengajakku menuju rumahnya. Kami berdua berangkat menuju alamat yang diberi oleh petugas RS. Melewati jalan desa yang banyak jebakannya. Banyak pepohonan yang terlihat berjalan di pinggir jalan. Rumah-rumah berlapis besi alami dan warga yang suka menyapa mewarnai perjalanan menuju rumah kakek itu. Suasana bersahabat memang mencerminkan warganya. Setelah melewati berbagai halang rintang, akhirnya kami sampai di rumah seorang penyelamat yang takkan terlupakan.

            Begitu sampai di rumah kakek penjual jeruk, Stevi langsung berlari memeluk kakek itu. Setelah hari-hari sebelumnya aku berdiskusi dengan istriku tentang keinginan Stevi. Aku pun akan mengatakannya. Tetapi sebelum mulutku mengucapkan sihir ajaib perubah segala, anakku juga mengeluarkan sihirnya terlebih dulu. Lalu membuat sihirku gagal.

“Kakek, karena kakek sangat baik aku akan memberikan sihir ini kepada kakek.” Katanya manis
“Ada apa memangnya nak ? Katakan sekarang sihirnya, haha”
“Baiklah. Abrakadabra, bim salabim. Besok kakek bawa semua buah-buahnya ke warung yang telah aku, bapak, dan ibuku buat untuk kakek. Agar aku bisa selalu membeli buah jeruk kakek.”
“Wah, kau anak yang baik sekali. Semoga kamu nanti bisa terus tumbuh menjadi anak yang berbakti kepada orang tua. Semoga juga bisa mendapatkan semua impianmu.”
“Ia kek. Terima kasih banyak ya kek. Dan semoga ke depannya masa depan kita semakin cerah.”

TAMAT

Saturday, 12 April 2014

Tinugelaning Tyas

Tinugelaning Tyas
Aruna kang padhang njingglang iki
Candra uga ora gelem ngalah
Kartika kang kelap-kelip katon kaloka
Mustika tan angrebut prana
Puspita lan padma ingkang nyengsemake jiwa
Sanadyan kaya mangkono
Sliraku isih amilih sliramu
Esemanmu pait-pait madu
Solah bawa budi pakartimu arum wangi
Tutur gunemanmu pancen agawe adhem ayem
Menawa sliraku bisa sesandhingan karo sliramu
Rasane kalbuku kepingin nembung
Tinugelaning atiku, apa lagi kokgawa ?

Katrangan :
Aruna : srengenge
Candra : rembulan
Kartika : lintang
Kaloka : misuwur/kondhang
Mustika : intan
Prana/kalbu : ati
Puspita/padma : kembang


Minggu 13/04/2014 tabuh 12:49

Monday, 7 April 2014

Resensi Pendahuluan Bharata-Yuddha

Resensi Pendahuluan Bharata-Yuddha
Kisah dalam ceritera Bharata-Yuddha ini disadur kembali oleh Mpu Seddah, lalu dilanjutkan oleh Mpu Panuluh. Sebelumnya kisah ini berasal dari tanah India. Dengan bahasa yang berbeda dari karya asal. Aslinya berbahasa sanskerta, saat ditulis oleh sang maestro menggunakan bahasa Jawa Kuna. Begitu pula, ada semacam ‘kreasi’ dari sang penulis yaitu adanya nama Jayabhaya dalam kisah Bharata-Yuddha ini. Pun juga, ada angka tahun dalam bentuk candra-sengkala, ialah tahun Saka “sanga kuda çandrama” atau tahun Saka 1079. Dalam konversi masehi menjadi 1157. Raja Jayabhaya adalah raja kerajaan Kediri. Selama zaman Kediri, telah banyak karya sastra Jawa Kuna yang dibuat. Diantara sekian banyaknya, yang terkenal ialah kakawin Ramayana, Arjunna-wiwaha, Bharata-Yuddha, dan Uttara-kanndda.

Menurut pendahuluan ini, R.Ng. Yasadipura telah menyadur kakawin Ramayana dan Bharata-Yuddha dari bahasa Jawa Kuna menjadi Jawa Baru yang masing-masing menjadi Serat Ramayana jarwa dan Bratayuda jarwa. Sedangkan Arjuna-wiwaha atau wiwaha jarwa juga dikenal sebagai Mintaraga oleh Pakubuawana III. Lalu Uttara-kanndda disadur oleh R.Ng Sindusastra dengan judul serat Arjunasasrabau, juga dikenal dengan serat Lokapala. Dengan ini bisa kita ambil kesimpulan yaitu semula memakai aturan syair India kini menjadi syair Indonesia asli yang disebut dengan macapat.

Selain itu, dalam pendahuluan ini juga membahas ilmu siasat perang dalam kakawin Bharata-Yuddha. Jika kita lihat perlawanan bangsa Indonesia melawan para penjajah. Seperti Sultan Hasanuddin, Pangeran Mangkubumi, Pangeran Dipanagara, Perang Padri, Perang Aceh, dan yang lainnya melawan Belanda, siasat perang bangsa kita berhasil mengejutkan pihak lawan. Tidak dapat disangka oleh para penjajah, ternyata pengetahuan bangsa Indonesia mengenai taktik perang lumayan diperhitungkan. Lalu timbul pertanyaan. Dari mana bangsa Indonesia bisa belajar siasat perang yang sebegitu bagusnya ? Disamping adanya faktor untuk mempertahankan tanah air dari serbuan pihak lawan, tentu ada kitab yang membahas tentang siasat perang. Jika dipikirkan lagi, zaman dahulu pasti belum ada lembaga pendidikan yang mengajarkan secara sistematis mengenai taktik berperang. Meski begitu, pengertian perang ditemukan dalam kakawin Arjunna-wiwaha. Kitab ini rupanya menjadi kitab pegangan raja-raja Gupta yang pernah mempersatukan sebagian besar wilayah India.

Pengetahuan tentang perang yang lebih konkret diketemukan dalam kakawin Bharata-Yuddha yang menyebutkan beberapa bentuk susunan tentara, kitab Nitiçastra membicarakan cara memilih panglima perang dan Negarakertagama menguraikan bagaimana raja Hayam Wuruk itu mempertontonkan kepandaian tentaranya yang mendemonstrasikan segala macam ulah perang. Contoh tentang keahlian perang bisa kita ambil dari Pangeran Dipanagara yang sering menggoncangkan pasukan Belanda. Ketika ia sedang dikejar oleh tentara lawan, ia menjeburkan diri ke sungai praga yang sedang pasang airnya. Tetapi ia tahu tempat yang dangkal. Sedang tentara Belanda yang sedang berkuda, tenggelam dalam sungai yang bagian dalam sehingga tidak bisa mengejar lagi sang pangeran.

Satu ilustrasi tentang susunan tentara perang bisa diambil dari kisah perang besar keluarga Kurawa melawan Panddawa. Serangan dari tentara Hastina dalam jumlah yang banyak itu disebutkan dalam pupuh X 17, yang menyatakan satu kereta perang diperkuat 10 ekor gajah, sedang masing-masing gajah diperkuat oleh 10 ekor kuda, dan seekor kuda diperkuat oleh 10 orang prajurit. Massa yang banyak dengan kuda dan gajah itu menjadi bukit yang tangguh. Satu contoh formasi perang dari pendahuluan ini, tentara panddawa yang dipimpin oleh Arjuna mengambil susunan tentara yang disebut ardhacandra wyuha atau susunan tentara berbentuk bulan sabit. Seperti dalam pupuh XXVI 5.

Keterangan: Arjuna (di depan), Kreshnna (sebagai sais kereta perang Arjuna), Yudhishtthira (tengah), Nakula (belakang), Sahadewa (belakang), Yuyutsu (belakang), Satyaki (ujung kiri), Bhima (ujung kanan).
Dari susunan di atas, dapat diketahui, bahwa kecuali Arjuna sebagai panglima dapat menyerbu ke depan dan bisa melindungi Yudhishtthira yang ada di belakangnya. Sedangkan dari belakang kedudukan Yudhishtthira telah dilindungi oleh Nakula, Sahadewa, dan Yuyutsu. Ujung kiri dan kanan dipimpin oleh Satyaki dan Bhima dalam hal ini dapat membantu Arjuna menahan serangan yang dipimpin oleh Karna. Membuat Karna terjebak dan akhirnya dibunuh oleh Arjuna. Selain itu pula Dursasana juga gugur karena dibinasakan oleh Bhima.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa bangsa Indonesia sejak masa lampau telah mengenal ilmu perang dan karena kitab-kitab yang mengajarkan ilmu ini secara sistematis tidak ditemukan. Dapat dikatakan bahwa bangsa Indonesia dengan otaknya yang tajam dapat mengembangkan ilmu perang yang didasarkan ilmu perang dalam kesusasteraan Indonesia Kuno.

Penyebutan raja Jayabhaya dalam kakawin Bharata-Yuddha ini juga mengatakan bahwa sang raja telah mengadakan perang dengan Hemabhupati. Tidak lain dan tidak bukan adalah kakaknya sendiri. Pada akhirnya Jayabhaya berhasil membunuh sang kakak. Ini memang perbuatan jahat. Tetapi kakawin Bharata-Yuddha ini merupakan kesusasteraan ruwat, Jayabhaya yang berbuat salah itu diidentifikasikan dengan Arjuna untuk membenarkan perbuatan membinasakan Hemabhupati. Ialah kakak Jayabhaya yang diasosiasikan dengan orang-orang Kurawa.


Bahwasanya ada sebuah pelajaran moral, ilmu negara, ilmu hukum, ilmu perang, dan sebagainya. Meski hanya tersirat. Pembukaan ini cukup lengkap. Dengan memberikan beberapa contoh konkret berbagai macam siasat dan susunan tentara perang. Juga proses peperangan itu sendiri. Dan tentang penjelasan mengenai raja Jayabhaya di dalam kakawin ini juga telah ada. Setidaknya untuk sebuah pendahuluan, ini bisa dikatakan sangat lengkap meski tidak ada gambar ilustrasi yang memperjelaskannya. Tetapi jika ingin mengetahui secara lebih lengkap lagi, bisa membaca buku ini. Buku ini tentu sangat menarik untuk dibaca dan dipahami.

Catatan kecil ; "Sepertinya ini bukanlah resensi yang bagus."

Kamu

Kamu

Kamu
Yang buatku terbangun
Sadarkan mimpi imajiku
Ke dunia yang nyata
Betapa indahnya
Kau yang ada di mimpi
Atau pun yang asli
Rasanya sulit tuk terkata
Ingin hati katakan bahwa
Ku ingin bersama
Selamanya
Hanya
Kamu
Yang kan slalu
Hiasi hari-hariku

Senin 07/04/2014 on 22:42