Tuesday, 11 March 2014

Kritik Sastra

Kritik Sastra

William Henry Hudson1
“Perkataan kritik (criticism) dalam artinya yang tajam adalah penghakiman (judgement), dan dalam pengertian ini biasanya memberi corak pemakaian kita akan istilah itu, meskipun bila kata itu dipergunakan dalam pengertian yang paling luas. Karena itu kritikus sastra pertama kali dipandang sebagai seorang ahli yang memiliki suatu kepandaian khusus dan pendidikan untuk mengerjakan suatu karya seni sastra atau pekerjaan penulis tersebut memeriksa kebaikan-kebaikan dan cacat-cacatnya dan menyatakan pendapatnya tentang hal itu.”
I.A. Richards
Kritik adalah usaha untuk membeda-bedakan pengalaman (jiwa) dan memberi penilaian kepadanya.
M.H. Abrams
Kritik sastra adalah studi yang berhubungan dengan pendefinisian, penggolongan, analisis, penguraian, dan penilaian (evaluasi).
Jadi :
Dalam kritik sastra suatu karya sastra diuraikan (dianalisis) unsur-unsurnya atau norma-normanya, diselidiki, diperiksa satu per satu, kemudian ditentukan berdasarkan teori-teori penilaian karya sastra, bernilai atau tidak bernilaikah, bermutu seni atau tidak bagian-bagian atau unsur-unsur karya sastra yang diselidiki atau yang dianalisis itu. Baru sesudah itu, dengan pertimbangan-pertimbangan seluruh penilaian terhadap bagian-bagian yang merupakan kesatuan yang erat, dengan menimbang mana yang bernilai dan mana yang tidak atau kurang bernilai, maka kritiku baru menentukan karya tersebut bernilai tinggi, sedang, kurang bernilai, atau tidak bernilai sastra.
Kritik dan kritikus sastra
Baik buruk kritik sastra berhubungan dengan kepandaian pribadi seorang kritikus.
Kritikus harus memiliki kompetensi :
1.      Teori sastra : teori penilaian
2.      Sejarah sastra
3.      Ilmu filsafat
4.      Ilmu sejarah
5.      Ilmu sosiologi
6.      Ilmu psikologi
7.      Bahkan sampai ilmu eksakta, etika, moral, agama, dan sebagainya
Seorang kritikus adalah hakim. Maka ia harus adil. Kritikus harus berpegang pada :
1.      Kejujuran
2.      Kebenaran
3.      Tidak terpengaruh sentimen
4.      Dengan kata lain bersikap objektif
Fungsi kritik sastra
1.      Bagi ilmu sastra : teori sastra dibangun dari hasi kritik
2.      Bagi perkembangan kesusastraan : sejarah sastra (perkembangan penggunaan unsur bunyi, kombinasi kata, gaya, perbandingan, tema, filsafat, moralitas, dll) perlu ber-dasar kritik
3.      Bagi masyarakat : dengan keterangan dan analisis karya sastra yang dibeberkan oleh kritikus, masyarakat dapat lebih memahami karya sastra
Pun begitu juga W.H. Hudson2 menulis dalam bukunya.
“Fungsi yang terutama bagi kritik sastra ialah memperjelas dan memberi dorongan. Bila seorang penyair besar membuat kita menjadi orang yang turut mengalami (memiliki) perasaan yang luas tentang arti hidup, seorang kritikus mungkin menjadikan kita orang yang turut mengambil bagian perasaannya yang luas tentang arti kesusastraan”
Kritik sastra ada bermacam-macam, dapat digolongkan menurut jenis bentuknya, pelaksanaannya, atau praktik kritik, dan menurut dasar pendekatan kritik sastra terhadap karya sastra.
Menurut bentuknya kritik sastra digolongkan menjadi kritik teori dan kritik praktik/terapan3. Kritik sastra teori adalah bidang kritik sastra yang berusaha untuk menetapkan, atas dasar prinsip-prinsip umum, seperangkat istilah-istilah yang tali-temali, perbedaan-perbedaan dan kategori-kategori untuk diterapkan pada pertimbangan dan interpretasi karya sastra, maupun penerapan “kriteria” (standar atau norma-norma) yang dengan hal-hal tersebut itu karya-karya sastra dan para sastrawannya bernilai.
Kritik paktik merupakan diskusi karya-karya sastra tertentu dan pengarang-pengarangnya. Kritik praktik berupa penerapan teori-teori kritik yang dapat dinyatakan secara eksplisit atau implisit berdasarkan keperluannya.
Menurut pelaksaan atau praktik kritik, kritik sastra oleh Abrams dibagi menjadi kritik yudisial dan kritik impresionistik4. Menurut W.H. Hudson yaitu kritik yudisial dan kritik induktif5.
Kritik yudisial adalah kritik sastra yang berusaha menganalisis dan menerangkan efek-efek karya sastra berdasarkan pokoknya, organisasinya, teknik, dan gayanya, dan mendasarkan pertimbangan-pertimbangan individual kritikus atas dasar standar-standar umum tentang kehebatan atau keluarbiasaan sastra.
Kritik induktif adalah kritik sastra yang menguraikan bagian-bagian sastra berdasarkan fenomena-fenomena yang ada secara objektif.
Kritik impresionistik adalah kritik yang berusaha menggambarkan dengan kata-kata atas sifat-sifat yang terasa dalam bagian-bagian khusus atau dalam sebuah karya sastra, dan mengekspresikan tanggapan-tanggapan (impresi) kritikus yang ditimbulkan secara langsung oleh karya sastra tersebut6. Disebut juga kritik estetik.
Berdasarkan pendekatannya terhadap karya sastra, Abrams7 membagi kritik sastra ke dalam empat tipe :
1.      Kritik mimetik; memandang karya sastra sebagai tiruan, pencerminan, atau penggambaran dunia dan kehidupan manusia dan kriteria utama yang dikenakan pada karya sastra adalah “kebenaran” penggambaran, atau yang hendaknya digambarkan. Modus kritik ini pertama kali kelihatan dalam kritik Plato dan Aristoteles, merupakan sifat khusus teori-teori modern realisme sastra. -> Kritik sosiologi-sastra
2.      Kritik pragmatik; memandang karya sastra sebagai sesuatu yang dibangun untuk mencapai (mendapatkan) efek-efek tertentu pada audien/pendengar/pembaca, baik berupa efek kesenangan estetik ataupun ajaran/pendidikan, maupun efek-efek yang lain. Kritik ini cenderung menilai karya sastra menurut berhasilnya mencapai tujuan tersebut.
3.      Kritik ekspresif; memandang karya sastra terutama dalam hubungannya dengan penulis sendiri. Kritik ini mendefinisikan puisi/karya sastra sebagai produk imajinasi pengarang yang bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran-pikiran, dan perasaan-perasaannya. Kritik ini cenderung untuk menimbang karya sastra dengan kemulusan, kesejatian, atau kecocokan dengan visium (penglihatan batin) individual pengarang atau keadaan pikirannya. Sering kritik ini melihat ke dalam karya sastra untuk menerangkan tabiat khusus dan pengalaman-pengalaman pengarang, yang secara sadar atau tidak ia telah membukakan dirinya di dalam karyanya.
4.      Kritik objektif; mendekati karya sastra sebagai sesuatu yang berdiri bebas dari penyair, audiens, dan dunia yang mengelilinginya. Kritik ini menganalisis karya sastra seba-gai sebuah objek yang mencukupi dirinya sendiri atau hal yang utuh, atau sebuah dunia dalam dirinya (otonom), yang harus ditimbang atau dianalisis dengan kriteria “intrinsik” seperti kompleksitas, keseimbangan, integritas, dan saling hubungan antara unsur-unsur pembentuknya. -> Pendekatan struktural (intrinsik)
Secara ringkasnya sebagai berikut: Kritik sastra yang baik menganalisis karya sastra berdasarkan teori sastra, hakikat sastra, menganalisis karya sastra kepada seluruh normanya, tidak hanya menyoroti satu saja; mestilah objektif, tidak memihak; mestilah ada pertimbangan baik buruk karya sastra berdasarkan kenyataannya; dapat menunjukkan hal-hal yang baru pada karya sastra yang dikiritik (kalau memang ada). Penilaian haruslah menyeluruh memandang karya sastra sebagai kesatuan yang utuh menurut metode ilmu sastra.

Keterangan :
1 ; William Henry Hudson, An Introduction to the Study of Literature, George G. Harrap & Ltd, London, 1955, hal 260.
2 ; Hudson op. Cit. Hal. 266-267.
3 ; Abrams op. Cit. Hal. 35-36.
4 ; ibid. 35-37.
5 ; Hudson op. Cit. Hal. 270-1.
6 ; Abrams op. Cit. Hal. 35.
7 ; Abrams op. Cit. Hal. 36-37.

DAFTAR PUSTAKA
PRINSIP-PRINSIP KRITIK SASTRA Teori dan Penerapannya

Prof. Dr. Rachmat Djoko Pradopo

0 comments:

Post a Comment