Kritik Sastra
William Henry Hudson1
“Perkataan
kritik (criticism) dalam artinya yang
tajam adalah penghakiman (judgement), dan
dalam pengertian ini biasanya memberi corak pemakaian kita akan istilah itu,
meskipun bila kata itu dipergunakan dalam pengertian yang paling luas. Karena
itu kritikus sastra pertama kali dipandang sebagai seorang ahli yang memiliki
suatu kepandaian khusus dan pendidikan untuk mengerjakan suatu karya seni
sastra atau pekerjaan penulis tersebut memeriksa kebaikan-kebaikan dan
cacat-cacatnya dan menyatakan pendapatnya tentang hal itu.”
I.A.
Richards
Kritik
adalah usaha untuk membeda-bedakan pengalaman (jiwa) dan memberi penilaian kepadanya.
M.H.
Abrams
Kritik
sastra adalah studi yang berhubungan dengan pendefinisian, penggolongan,
analisis, penguraian, dan penilaian (evaluasi).
Jadi
:
Dalam
kritik sastra suatu karya sastra diuraikan (dianalisis) unsur-unsurnya atau
norma-normanya, diselidiki, diperiksa satu per satu, kemudian ditentukan
berdasarkan teori-teori penilaian karya sastra, bernilai atau tidak
bernilaikah, bermutu seni atau tidak bagian-bagian atau unsur-unsur karya
sastra yang diselidiki atau yang dianalisis itu. Baru sesudah itu, dengan
pertimbangan-pertimbangan seluruh penilaian terhadap bagian-bagian yang merupakan
kesatuan yang erat, dengan menimbang mana yang bernilai dan mana yang tidak
atau kurang bernilai, maka kritiku baru menentukan karya tersebut bernilai
tinggi, sedang, kurang bernilai, atau tidak bernilai sastra.
Kritik
dan kritikus sastra
Baik
buruk kritik sastra berhubungan dengan kepandaian pribadi seorang kritikus.
Kritikus
harus memiliki kompetensi :
1. Teori
sastra : teori penilaian
2. Sejarah
sastra
3. Ilmu
filsafat
4. Ilmu
sejarah
5. Ilmu
sosiologi
6. Ilmu
psikologi
7. Bahkan
sampai ilmu eksakta, etika, moral, agama, dan sebagainya
Seorang
kritikus adalah hakim. Maka ia harus adil. Kritikus harus berpegang pada :
1. Kejujuran
2. Kebenaran
3. Tidak
terpengaruh sentimen
4. Dengan
kata lain bersikap objektif
Fungsi
kritik sastra
1. Bagi
ilmu sastra : teori sastra dibangun dari hasi kritik
2. Bagi
perkembangan kesusastraan : sejarah sastra (perkembangan penggunaan unsur
bunyi, kombinasi kata, gaya, perbandingan, tema, filsafat, moralitas, dll)
perlu ber-dasar kritik
3. Bagi
masyarakat : dengan keterangan dan analisis karya sastra yang dibeberkan oleh
kritikus, masyarakat dapat lebih memahami karya sastra
Pun
begitu juga W.H. Hudson2 menulis dalam bukunya.
“Fungsi
yang terutama bagi kritik sastra ialah memperjelas dan memberi dorongan. Bila
seorang penyair besar membuat kita menjadi orang yang turut mengalami
(memiliki) perasaan yang luas tentang arti hidup, seorang kritikus mungkin
menjadikan kita orang yang turut mengambil bagian perasaannya yang luas tentang
arti kesusastraan”
Kritik
sastra ada bermacam-macam, dapat digolongkan menurut jenis bentuknya,
pelaksanaannya, atau praktik kritik, dan menurut dasar pendekatan kritik
sastra terhadap karya sastra.
Menurut
bentuknya kritik sastra digolongkan menjadi kritik teori dan kritik
praktik/terapan3. Kritik sastra teori adalah bidang kritik sastra
yang berusaha untuk menetapkan, atas dasar prinsip-prinsip umum, seperangkat
istilah-istilah yang tali-temali, perbedaan-perbedaan dan kategori-kategori
untuk diterapkan pada pertimbangan dan interpretasi karya sastra, maupun
penerapan “kriteria” (standar atau norma-norma) yang dengan hal-hal tersebut
itu karya-karya sastra dan para sastrawannya bernilai.
Kritik
paktik merupakan diskusi karya-karya sastra tertentu dan
pengarang-pengarangnya. Kritik praktik berupa penerapan teori-teori kritik yang
dapat dinyatakan secara eksplisit atau implisit berdasarkan keperluannya.
Menurut
pelaksaan atau praktik kritik, kritik sastra oleh Abrams dibagi menjadi kritik
yudisial dan kritik impresionistik4. Menurut W.H. Hudson yaitu
kritik yudisial dan kritik induktif5.
Kritik
yudisial adalah kritik sastra yang berusaha menganalisis dan menerangkan
efek-efek karya sastra berdasarkan pokoknya, organisasinya, teknik, dan
gayanya, dan mendasarkan pertimbangan-pertimbangan individual kritikus atas
dasar standar-standar umum tentang kehebatan atau keluarbiasaan sastra.
Kritik
induktif adalah kritik sastra yang menguraikan bagian-bagian sastra berdasarkan
fenomena-fenomena yang ada secara objektif.
Kritik
impresionistik adalah kritik yang berusaha menggambarkan dengan kata-kata atas
sifat-sifat yang terasa dalam bagian-bagian khusus atau dalam sebuah karya
sastra, dan mengekspresikan tanggapan-tanggapan (impresi) kritikus yang
ditimbulkan secara langsung oleh karya sastra tersebut6. Disebut
juga kritik estetik.
Berdasarkan
pendekatannya terhadap karya sastra, Abrams7 membagi kritik sastra
ke dalam empat tipe :
1. Kritik
mimetik; memandang karya sastra sebagai tiruan, pencerminan, atau penggambaran
dunia dan kehidupan manusia dan kriteria utama yang dikenakan pada karya sastra
adalah “kebenaran” penggambaran, atau yang hendaknya digambarkan. Modus kritik
ini pertama kali kelihatan dalam kritik Plato dan Aristoteles, merupakan sifat
khusus teori-teori modern realisme sastra. -> Kritik sosiologi-sastra
2. Kritik
pragmatik; memandang karya sastra sebagai sesuatu yang dibangun untuk mencapai
(mendapatkan) efek-efek tertentu pada audien/pendengar/pembaca, baik berupa
efek kesenangan estetik ataupun ajaran/pendidikan, maupun efek-efek yang lain.
Kritik ini cenderung menilai karya sastra menurut berhasilnya mencapai tujuan
tersebut.
3. Kritik
ekspresif; memandang karya sastra terutama dalam hubungannya dengan penulis
sendiri. Kritik ini mendefinisikan puisi/karya sastra sebagai produk imajinasi
pengarang yang bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran-pikiran, dan
perasaan-perasaannya. Kritik ini cenderung untuk menimbang karya sastra dengan
kemulusan, kesejatian, atau kecocokan dengan visium (penglihatan batin)
individual pengarang atau keadaan pikirannya. Sering kritik ini melihat ke dalam
karya sastra untuk menerangkan tabiat khusus dan pengalaman-pengalaman
pengarang, yang secara sadar atau tidak ia telah membukakan dirinya di dalam
karyanya.
4. Kritik
objektif; mendekati karya sastra sebagai sesuatu yang berdiri bebas dari
penyair, audiens, dan dunia yang mengelilinginya. Kritik ini menganalisis
karya sastra seba-gai sebuah objek yang mencukupi dirinya sendiri atau hal yang
utuh, atau sebuah dunia dalam dirinya (otonom), yang harus ditimbang atau
dianalisis dengan kriteria “intrinsik” seperti kompleksitas, keseimbangan,
integritas, dan saling hubungan antara unsur-unsur pembentuknya. ->
Pendekatan struktural (intrinsik)
Secara
ringkasnya sebagai berikut: Kritik sastra yang baik menganalisis karya sastra
berdasarkan teori sastra, hakikat sastra, menganalisis karya sastra kepada
seluruh normanya, tidak hanya menyoroti satu saja; mestilah objektif, tidak
memihak; mestilah ada pertimbangan baik buruk karya sastra berdasarkan
kenyataannya; dapat menunjukkan hal-hal yang baru pada karya sastra yang
dikiritik (kalau memang ada). Penilaian haruslah menyeluruh memandang karya
sastra sebagai kesatuan yang utuh menurut metode ilmu sastra.
Keterangan
:
1
; William Henry Hudson, An Introduction
to the Study of Literature, George G. Harrap & Ltd, London, 1955, hal
260.
2
; Hudson op. Cit. Hal. 266-267.
3
; Abrams op. Cit. Hal. 35-36.
4
; ibid. 35-37.
5
; Hudson op. Cit. Hal. 270-1.
6
; Abrams op. Cit. Hal. 35.
7
; Abrams op. Cit. Hal. 36-37.
DAFTAR PUSTAKA
PRINSIP-PRINSIP
KRITIK SASTRA Teori dan Penerapannya
Prof.
Dr. Rachmat Djoko Pradopo
0 comments:
Post a Comment