Wednesday, 5 March 2014

Api Kemarahan dan Keirihatian

Api Kemarahan dan Keirihatian


            Awan malam itu terlihat memerah. Asap hitam membubung tinggi membuat suasana menjadi berbeda. Lalu suara jejak langkah para warga yang berlarian mewarnai saat-saat genting itu. Tak lama kemudian terdengar bunyi sirene yang keras. Narava dan Wiwan segera berlari menuju sebuah bangunan yang ternyata terbakar. Betapa terkejutnya Narava. Bengkel sahabat karibnya yang bernama Reno telah hancur dilalap si jago merah.

“Wahai temanku, bersabarlah. Memang ini adalah sebuah tragedi yang takterduga”. Kata Wiwan
“Wiwan, aku tak bisa percaya. Darimana datangnya api itu ?. Aku tidak yakin akan hal ini. Pasti ada sesuatu dibalik semua ini”. Narava pun mulai menangis

            Sementara itu, polisi pun datang dan segera mengolah TKP. Beberapa menit berlalu, api telah berhasil dijinakkan oleh pemadam kebakaran. Beberapa personil pemadam kebakaran dan polisi segera memasuki bengkel. Dan naas. Ada seorang yang telah tidak bernyawa. Setelah dibawa keluar, Narava pun segera melihat mayat itu. Betapa sedihnya dia ketika melihat sahabatnya telah meninggalkan dunia dengan cara yang tidak pernah ia sangka. Polisi segera melakukan penyelidikan sidik jari. Narava pun juga melihat bengkel Reno jika saja ada barang bukti. Ternyata mesin karya Reno terselamatkan meski ada sedikit goresan api. Memang seperti sebuah keajaiban. Narava tahu mesin itu. Itu adalah mesin yang akan Reno gunakan untuk kontes mesin teririt se-Asia beberapa minggu lagi.

            Setelah beberapa kali olah TKP, akhirnya ada sidik jari yang terdeteksi. Meski begitu, tidak begitu jelas karena sepertinya bercampur dengan goresan api. Rencananya penyelidikan akan dilanjutkan lain hari. Karena yang terpenting adalah membereskan sisa-sisa kebakaran dan mengurus jenazah Reno. Narava dan Wiwan pun ikut mengantarkan jenazah Reno menuju ke peristirahatan terakhirnya malam itu.

“Reno sahabatku, tenang saja kau. Kupasti akan menemukan pelaku pembakaran dan pembunuhanmu”. Kata Narava sebelum meninggalkan kuburan Reno
“Ayo Narava, sudah saatnya kita pulang”. “Ia Wan. Semoga ia bisa tenang di alam sana”.

            Hari demi hari kian berlalu. Bahkan minggu-minggu telah terlewati tanpa adanya perkembangan tentang kasus itu. Sambil bekerja sama dengan polisi, Narava terus berusaha mencari bukti-bukti tentang sidik jari yang telah terdeteksi kemarin. Narava pun mempunyai ide untuk mencoba ke rumahnya Reno. Jika saja ada hal yang berkaitan dengan kasusnya itu. Setelah berbincang-bincang dengan keluarganya Reno, ternyata tidak ada hal yang menarik untuk menjadi barang bukti. Tetapi Narava coba melihat buku diarinya Reno. Jika saja ia menuliskan sesuatu. Keluarganya Reno pun memersilahkan Narava untuk melihat buku diarinya Reno. Dan setelah Narava membolak-balik halamannya, akhirnya catatan terakhir sebelum kepergiannya telah berhasil ia temukan.

“... Hari ini, tanggal 5 Maret 2013. Aku sedang dalam tahap perancangan mesin mutakhir sepanjang karirku. Yang akan memenangkan kontes mesin teririt se-Asia tahun ini, haha. Meski begitu, ada satu hal yang kurang. Aku harus meminjam salah satu alat milik Wiwan. Mengingatnya aku pun merasa sedih. Ia adalah seorang yang selalu memimpikan untuk mengikuti kontes ini. Karena hanya ada satu wakil dari satu kabupaten dan melaju ke tahap nasional. Walau bagaimanapun, aku tahu Wiwan pasti akan dapat kesempatan lain waktu ...”

            Catatan dari diari terakhir Reno hanya sampai di kata itu. Sepertinya belum selesai ia tulis. Melihat catatan itu, semakin membuat Narava sedih. Andaikata tidak ada kejadian itu, pasti ia akan melihat sahabatnya memenangkan kontes besar yang notabene akan diselenggarakan di negara matahari terbit. Dan ada satu hal yang membuat Narava penasaran adalah disebutnya Wiwan di diari terakhirnya. Lalu Narava diam-diam mengajak polisi untuk mengidentifikasi sidik jari yang ada di bengkelnya Wiwan. Ternyata benar saja. Ada kesamaan sidik jari pada sidik jari di mesin yang ada di bengkelnya Reno. Polisi segera bertindak cepat.

            Tak lama setelah itu, polisi pun berhasil menangkap seorang yang diduga sebagai tersangka. Ternyata ia adalah seorang pekerja bengkelnya Wiwan yang bernama Masnuri. Ia pun mengaku bahwa ia hanya melaksanakan perintah dari seseorang. Sebelum Masnuri menyebut nama orang yang ia maksud, muncullah Wiwan di kantor polsek tersebut. Dengan menyesal, Wiwan mengakui akan perbuatannya. Narava pun kaget melihat kenyataan yang ia lihat di depan matanya. Tetapi Narava teringat lagi akan diari yang Reno tulis. Lalu Wiwan pun menceritakan kronologis kejadiannya.

“Dahulu, aku dan Reno adalah dua orang yang selalu bersaing jika berurusan dengan mesin. Suatu hari aku melihat Reno kedatangan tamu asing. Dilihat dari wajahnya dan cara bicaranya, aku menduga bahwa tamu itu adalah orang luar negeri. Entah negeri mana itu aku belum tahu pasti. Beberapa hari telah berlalu. Aku pun diceritai oleh Reno bahwa ia telah dibiayai sepenuhnya oleh tamu asing kemarin. Karena mereka terkesan oleh kreasi Reno yang memang ramah lingkungan dan efisien. Mengenai mesin impiannya yang memang memerlukan biaya tinggi. Tetapi dengan bantuan finansial dari tamu asing itu, Reno berhasil menciptakan mesin yang sangat irit dan langsung saja mengalahkan semua mesin yang menjadi lawannya di tingkat kabupaten bahkan nasional. Dan saatnya ia berangkat ke Jepang.

Sebenarnya dalam hati, aku sangat iri dan benci melihat keberuntungan Reno itu. Betapa tidak, kenapa bisa ada orang asing sampai datang ke rumahnya dan benar-benar membantunya. Ini sungguh di luar prediksiku. Kenapa tidak aku saja yang memiliki keberuntungan semacam itu ?. Dan hal itu membuatnya langsung mengalahkan semua pesaingnya di tingkat kabupaten sampai nasional. Saat itu sepertinya aku telah dirasuki oleh perasaan ingin menghancurkan, meluluhlantahkan, bahkan membinasakan Reno beserta bengkelnya sekalian. Pada suatu hari, ketika aku tahu ia sedang sendirian, aku pun menyuruh anak buahku untuk menaruh bubuk mesiu ke dalam bengkelnya Reno. Taburkan saja ke semua sudut bengkel. Agar bisa terbakar semuanya. Dan inilah, api kemarahanku telah aku nyalakan. Dendam kebencianku telah maju menjalar untuk memangsa Reno. Pada akhirnya terbakarlah bengkel Reno.

Setelah kebakaran itu terjadi, aku bersama Narava melihat secara dekat bengkel Reno. Sebenarnya itu hanya trik untuk menyembunyikan perbuatan kejiku. Sambil menenangkan Narava yang telah jatuh ke dalam jurang kesedihannya”.

            Mendengar semua penjelasan dari Wiwan itu, Narava tidak dapat menahan diri lagi. Tetapi polisi segera bertindak dan mengamankan Wiwan. Sebelum dimasukkan ke dalam penjara, Wiwan meminta satu permohonan kepada polisi untuk membebaskan Masnuri. Bahwa ia akan menanggung semua perbuatannya. Polisi pun menyetujui hal itu.

            Setelah itu, Narava segera menuju ke makam Reno. Sambil mengatakan sesuatu kepadanya.
“Reno, apa kau sudah dengar kabarnya ?. Bahwa Teman kita yaitu Wiwanlah yang menjadi dalang atas kasus pembakaran dan pembunuhanmu. Sungguh ironis bukan ?. Aku juga tidak pernah menyangka. Bahwa seorang teman sampai tega melakukan hal itu. Aku harap kamu bisa segera tenang di sana. Semuanya telah beres. Semoga kita bisa bertemu di lain kesempatan”.


TAMAT

0 comments:

Post a Comment