Api
Kemarahan dan Keirihatian
Awan malam itu terlihat memerah. Asap hitam membubung
tinggi membuat suasana menjadi berbeda. Lalu suara jejak langkah para warga
yang berlarian mewarnai saat-saat genting itu. Tak lama kemudian terdengar
bunyi sirene yang keras. Narava dan Wiwan segera berlari menuju sebuah bangunan
yang ternyata terbakar. Betapa terkejutnya Narava. Bengkel sahabat karibnya
yang bernama Reno telah hancur dilalap si jago merah.
“Wahai
temanku, bersabarlah. Memang ini adalah sebuah tragedi yang takterduga”. Kata
Wiwan
“Wiwan,
aku tak bisa percaya. Darimana datangnya api itu ?. Aku tidak yakin akan hal
ini. Pasti ada sesuatu dibalik semua ini”. Narava pun mulai menangis
Sementara itu, polisi pun datang dan segera mengolah TKP.
Beberapa menit berlalu, api telah berhasil dijinakkan oleh pemadam kebakaran.
Beberapa personil pemadam kebakaran dan polisi segera memasuki bengkel. Dan
naas. Ada seorang yang telah tidak bernyawa. Setelah dibawa keluar, Narava pun
segera melihat mayat itu. Betapa sedihnya dia ketika melihat sahabatnya telah
meninggalkan dunia dengan cara yang tidak pernah ia sangka. Polisi segera
melakukan penyelidikan sidik jari. Narava pun juga melihat bengkel Reno jika
saja ada barang bukti. Ternyata mesin karya Reno terselamatkan meski ada
sedikit goresan api. Memang seperti sebuah keajaiban. Narava tahu mesin itu.
Itu adalah mesin yang akan Reno gunakan untuk kontes mesin teririt se-Asia
beberapa minggu lagi.
Setelah beberapa kali olah TKP, akhirnya ada sidik jari
yang terdeteksi. Meski begitu, tidak begitu jelas karena sepertinya bercampur
dengan goresan api. Rencananya penyelidikan akan dilanjutkan lain hari. Karena
yang terpenting adalah membereskan sisa-sisa kebakaran dan mengurus jenazah
Reno. Narava dan Wiwan pun ikut mengantarkan jenazah Reno menuju ke
peristirahatan terakhirnya malam itu.
“Reno
sahabatku, tenang saja kau. Kupasti akan menemukan pelaku pembakaran dan
pembunuhanmu”. Kata Narava sebelum meninggalkan kuburan Reno
“Ayo
Narava, sudah saatnya kita pulang”. “Ia Wan. Semoga ia bisa tenang di alam
sana”.
Hari demi hari kian berlalu. Bahkan minggu-minggu telah
terlewati tanpa adanya perkembangan tentang kasus itu. Sambil bekerja sama
dengan polisi, Narava terus berusaha mencari bukti-bukti tentang sidik jari
yang telah terdeteksi kemarin. Narava pun mempunyai ide untuk mencoba ke
rumahnya Reno. Jika saja ada hal yang berkaitan dengan kasusnya itu. Setelah
berbincang-bincang dengan keluarganya Reno, ternyata tidak ada hal yang menarik
untuk menjadi barang bukti. Tetapi Narava coba melihat buku diarinya Reno. Jika
saja ia menuliskan sesuatu. Keluarganya Reno pun memersilahkan Narava untuk
melihat buku diarinya Reno. Dan setelah Narava membolak-balik halamannya,
akhirnya catatan terakhir sebelum kepergiannya telah berhasil ia temukan.
“...
Hari ini, tanggal 5 Maret 2013. Aku sedang dalam tahap perancangan mesin
mutakhir sepanjang karirku. Yang akan memenangkan kontes mesin teririt se-Asia
tahun ini, haha. Meski begitu, ada satu hal yang kurang. Aku harus meminjam
salah satu alat milik Wiwan. Mengingatnya aku pun merasa sedih. Ia adalah
seorang yang selalu memimpikan untuk mengikuti kontes ini. Karena hanya ada
satu wakil dari satu kabupaten dan melaju ke tahap nasional. Walau
bagaimanapun, aku tahu Wiwan pasti akan dapat kesempatan lain waktu ...”
Catatan dari diari terakhir Reno hanya sampai di kata
itu. Sepertinya belum selesai ia tulis. Melihat catatan itu, semakin membuat
Narava sedih. Andaikata tidak ada kejadian itu, pasti ia akan melihat
sahabatnya memenangkan kontes besar yang notabene akan diselenggarakan di
negara matahari terbit. Dan ada satu hal yang membuat Narava penasaran adalah
disebutnya Wiwan di diari terakhirnya. Lalu Narava diam-diam mengajak polisi
untuk mengidentifikasi sidik jari yang ada di bengkelnya Wiwan. Ternyata benar
saja. Ada kesamaan sidik jari pada sidik jari di mesin yang ada di bengkelnya
Reno. Polisi segera bertindak cepat.
Tak lama setelah itu, polisi pun berhasil menangkap
seorang yang diduga sebagai tersangka. Ternyata ia adalah seorang pekerja
bengkelnya Wiwan yang bernama Masnuri. Ia pun mengaku bahwa ia hanya
melaksanakan perintah dari seseorang. Sebelum Masnuri menyebut nama orang yang
ia maksud, muncullah Wiwan di kantor polsek tersebut. Dengan menyesal, Wiwan
mengakui akan perbuatannya. Narava pun kaget melihat kenyataan yang ia lihat di
depan matanya. Tetapi Narava teringat lagi akan diari yang Reno tulis. Lalu
Wiwan pun menceritakan kronologis kejadiannya.
“Dahulu,
aku dan Reno adalah dua orang yang selalu bersaing jika berurusan dengan mesin.
Suatu hari aku melihat Reno kedatangan tamu asing. Dilihat dari wajahnya dan
cara bicaranya, aku menduga bahwa tamu itu adalah orang luar negeri. Entah
negeri mana itu aku belum tahu pasti. Beberapa hari telah berlalu. Aku pun
diceritai oleh Reno bahwa ia telah dibiayai sepenuhnya oleh tamu asing kemarin.
Karena mereka terkesan oleh kreasi Reno yang memang ramah lingkungan dan
efisien. Mengenai mesin impiannya yang memang memerlukan biaya tinggi. Tetapi
dengan bantuan finansial dari tamu asing itu, Reno berhasil menciptakan mesin yang
sangat irit dan langsung saja mengalahkan semua mesin yang menjadi lawannya di
tingkat kabupaten bahkan nasional. Dan saatnya ia berangkat ke Jepang.
Sebenarnya
dalam hati, aku sangat iri dan benci melihat keberuntungan Reno itu. Betapa
tidak, kenapa bisa ada orang asing sampai datang ke rumahnya dan benar-benar
membantunya. Ini sungguh di luar prediksiku. Kenapa tidak aku saja yang
memiliki keberuntungan semacam itu ?. Dan hal itu membuatnya langsung
mengalahkan semua pesaingnya di tingkat kabupaten sampai nasional. Saat itu
sepertinya aku telah dirasuki oleh perasaan ingin menghancurkan,
meluluhlantahkan, bahkan membinasakan Reno beserta bengkelnya sekalian. Pada
suatu hari, ketika aku tahu ia sedang sendirian, aku pun menyuruh anak buahku
untuk menaruh bubuk mesiu ke dalam bengkelnya Reno. Taburkan saja ke semua
sudut bengkel. Agar bisa terbakar semuanya. Dan inilah, api kemarahanku telah
aku nyalakan. Dendam kebencianku telah maju menjalar untuk memangsa Reno. Pada
akhirnya terbakarlah bengkel Reno.
Setelah
kebakaran itu terjadi, aku bersama Narava melihat secara dekat bengkel Reno.
Sebenarnya itu hanya trik untuk menyembunyikan perbuatan kejiku. Sambil
menenangkan Narava yang telah jatuh ke dalam jurang kesedihannya”.
Mendengar semua penjelasan dari Wiwan itu, Narava tidak
dapat menahan diri lagi. Tetapi polisi segera bertindak dan mengamankan Wiwan.
Sebelum dimasukkan ke dalam penjara, Wiwan meminta satu permohonan kepada
polisi untuk membebaskan Masnuri. Bahwa ia akan menanggung semua perbuatannya.
Polisi pun menyetujui hal itu.
Setelah itu, Narava segera menuju ke makam Reno. Sambil
mengatakan sesuatu kepadanya.
“Reno,
apa kau sudah dengar kabarnya ?. Bahwa Teman kita yaitu Wiwanlah yang menjadi
dalang atas kasus pembakaran dan pembunuhanmu. Sungguh ironis bukan ?. Aku juga
tidak pernah menyangka. Bahwa seorang teman sampai tega melakukan hal itu. Aku
harap kamu bisa segera tenang di sana. Semuanya telah beres. Semoga kita bisa
bertemu di lain kesempatan”.
TAMAT
0 comments:
Post a Comment