Potret Alam

Kabut yang menyerang hutan.

Potret Alam

Penyerangan masih berlanjut.

Potret Alam

Pohon-pohon juga terserang.

Potret Alam

Jalan menjadi berselimut kabut.

Potret Alam

Hutan kian berkabut tebal.

Friday, 28 February 2014

Pengalaman Berbisnis Takterlupakan

Pengalaman Berbisnis Takterlupakan


“Percayalah, semua itu bukanlah akhir dari dunia”
“Gagal, bukanlah alasan untuk tidak bangkit lagi”
“Salah, bahwa tidak selamanya semuanya benar”
“Bodoh, itulah awal dari sebuah perjalanan menuju cerdas”


Hari ini, Sabtu tanggal 1 Maret 2014, kutulis sebuah catatan pengalaman ini. Kulihat mentari masih malu-malu untuk menunjukkan wajah cerahnya. Entahlah, kurasa itu bukan salahnya. Awan yang tebal menutupi seluruh langit pagi ini. Dan di sinilah aku. Mengumpulkan beberapa ingatan akan pengalaman yang berharga dan akan menjadi bahasan pada tulisan ini. Semoga ini bisa menjadi acuan agar kita bisa lebih berhati-hati lagi lain kesempatan, dan tentunya semakin baik, amin.


            Aku, sekarang ini yang sedang menjalani beberapa kesibukan dalam satu waktu. Salah satunya adalah menjalankan bisnis berdagang kaos. Dulu ide ini muncul ketika menjelang tahun baru 2014. Temanku dari kota kelahiranku, yaitu kota reog yang bernama Bayu. Adalah penggagas ide desain untuk memulai berbisnis kaos ini. Momen tahun baru ditambahi gambar reog akan menjadi desain depan kaos kala itu. Karena waktunya juga tidak terlalu efektif. Yaitu ide muncul akhir November. Dengan cepat aku segera membuat desain dan langsung diposting tepat awal Desember. Aku dan Bayu pun giat berposting di berbagai grup facebook dan secara face to face. Kami pun hanya membatasi waktu promosi yaitu seminggu. Sekitar dua minggu untuk penyablonan. Targetnya pun kami berdua patok semoga dalam kurun waktu itu ada pesanan minimal 12 biji. Lalu, apa yang terjadi selanjutnya ?


            Singkatnya aku akhirnya menerima total 17 orderan dari berbagai orang dalam kurun waktu yang sangat singkat itu. Untuk kebutuhan arsip maka aku juga mencetak satu buah. Jadi total jumlah kaos yang akan masuk percetakan yaitu 18. Semuanya tampak lancar-lancar saja. Meski begitu, cuaca kala itu yang tidak terlalu bersahabat membuat waktu penyablonan yang seharusnya bisa seminggu selesai malah diundur menjadi sekitar dua minggu. Dan inilah kesalahan yang takkan pernah kulupakan. Dibalik tulisan 2014 ada bayang-bayang yang tidak terlihat. Setelah tercetak, bayangan itu muncul dan membuat angka 2014 tampak ada efek glow. Tak apalah. Anggap saja pengalaman. Bahwa perlu kejelian ketika proses pendesainan. Karena hampir tahun baru, maka aku segera pulang untuk mengantarkan pesanan kaos itu karena kebanyakan yang membeli adalah warga Ponorogo. Dan seperti apakah reaksi para pelanggan ?

            Inilah kali pertama rasanya bertemu dengan pelanggan secara langsung. Dengan berbagai penjelasan, aku dan Bayu saat itu tidak menyangka. Ternyata para pelanggan tidak protes sama sekali melihat hal yang kami berdua sebut kesalahan itu. Anggap saja ada efek glow-nya, haha. Setelah proyek pertama sepertinya belum 100% sukses, tetapi aku dan Bayu menganggap hal itu adalah pengalaman pertama. Berangkat dari kisah pertama, aku dan Bayu pun segera merencanakan proyek kedua. Seperti apakah proyek itu ?


            Satu lagi ilmu yang aku dapatkan dari percetakan. Yaitu pakailah format vector1 untuk kualitas sablon yang bagus. Gambar reog itu bukanlah vector melainkan gambar biasa berformat pixel2. Proyek kedua adalah kaos bertema go green. Aku sering mencari gambar yang banyak mengandung makna penghijauan itu. Akhirnya aku dan Bayu pun segera mendesain kaos proyek kedua itu. Dan hasilnya keren sekali. Segera desain itu aku promosikan. Tetapi kali ini peminatnya tidak banyak sama sekali. Alhasil singkatnya kami berdua membatalkan proyek kedua. Meski begitu, ketika Bayu memakai kaos reog itu ketika di keramaian, banyak orang yang minat untuk membelinya. Akhirnya, motif penjualan salah satunya adalah mengikuti keinginan pelanggan, kami pun segera mendesain ulang kaos reog seperti halnya pada proyek pertama. Bagaimanakah perjalanan proyek ketiga ini ?


            Dengan desain yang tidak berbeda jauh dari proyek perdana, hanya ada ide untuk penambahan efek glow in the dark3. Masa promosi pun lumayan lama. Tetapi tidak terlalu disambar oleh para peminat di dunia maya. Tetapi satu hal yang membuat kami berdua melanjutkan promosi adalah adanya pelanggan yang memesan tiga kaos apalagi sudah membayar lunas. Lalu kami tambah masa promosi jadi dua minggu. Aku juga menghubungi beberapa temanku yang mungkin berminat untuk membelinya. Dan ternyata mereka pun tertarik untuk membelinya. Meski belum membayar DP. Yang penting ada orderan. Dan juga ada satu pengalaman lagi. Yaitu seharusnya aku membeli kain sendiri agar bisa meminimalisir biaya produksi. Aku segera membeli kain seberat 4kg lalu menyerahkannya kepada penjahit agar segera dibuat kaos polosnya. Setelah jadi, aku segera bertanya kepada percetakan katakanlah namanya A. Karena sedang menerima orderan banyak sekali, aku harus mengganti tempat percetakan. Di manakah tempat percetakan yang lain ?

            Setelah diberitahu oleh percetakan A tempat alternatif lain untuk penyablonan, aku segera berangkat ke sana keesokannya. Lalu aku telah sampai di percetakan B. Letaknya lumayan terpencil dari pusat kota. Dengan proses yang lumayan sama, aku menyerahkan desainnya. Satu info mengejutkan yang aku dapat. Biaya jahit di situ ternyata setengah lebih murah daripada penjahit ketika aku menjahitkan kaos polos itu. Lalu ada info lagi. Ternyata kaos polos sangat sulit untuk disablon. Karena telah terlanjur, maka itulah pengalaman. Satu lagi, yaitu biaya penyablonan gambar reog ternyata membludak. Mungkin setelah ini aku akan beralih ke vector apa pun yang terjadi, sudah kapok menggunakan gambar pixel. Meski sekarang masih dalam proses penyablonan, semoga hasilnya tidak buruk. Dan untuk ke depannya, aku dan Bayu pun mengambil beberapa pengalaman penting akan hal ini.

Pengalaman penting yang kami dapatkan ;
1       1. Jangan melupakan hal yang sepele seperti bayangan yang terdapat dalam desain
2     2. Jangan membuat kaos polos dahulu, sebaiknya membeli kain dan diserahkan kepada percetakan agar memudahkannya dalam penyablonan
3      3. Pakailah vector daripada gambar pixel, karena berpengaruh kepada biaya dan hasil
4      4. Cermat-cermatlah dalam memilih penjahit karena harga akan menentukan biaya pengeluaran
5   5. Janganlah terlalu sering menggunakan glow in the dark. Karena biayanya bisa membludak karena mahalnya tinta itu

Keterangan ;
1     1. Vector : gambar dari CorelDRAW atau Adobe Illustrator yang berformat cdr, eps, dan ai. Jika diperbesar sampai ukuran berapa pun, tidak akan pecah sehingga bisa dipakai untuk mencetak gambar sampai beberapa meter.
2        2. Pixel : gambar yang berformat seperti jpg, png, gif, dan lain-lain. Jika diperbesar akan pecah sehingga tidak baik untuk dibuat ukuran besar.
3       3. Glow in the dark : sebuah tinta sablon dari fosfor yang membuat gambar atau tulisan pada kaos bisa terlihat bersinar ketika berada dalam kegelapan.
Ini adalah contoh kaos dengan efek glow in the dark.

Langkah

Langkah

Meski sempat frustasi gara-gara trackpad laptop error, akhirnya aku bangkit lagi dari kegelapan hatiku yang mendalam dan membuat lagi digital painting plus puisi.



Henri Firmansah
Jumat 28 Februari 2014

18:12

Thursday, 20 February 2014

Antara Remaja dan Dewasa

Antara Remaja dan Dewasa

 “Apakah aku memang telah dewasa ?”
 “Apakah aku harus mulai hidup mandiri ?”
 “Akankah hidup ini sangat sulit ?”
 “Berapakah masalah yang telah aku alami ?”
 “Akankah muncul berbagai masalah lagi ?”
 “Akankah aku bisa menyelesaikan itu semua ?”


Halo semuanya, apa kalian belum kenal siapa aku ?. Jika belum, maka geser terus pointer mouse kalian. Atau langsung saja ya. Akan aku percepat. Namaku Henri. Lengkapnya tambahi aja Firmansah. Seperti dalam segala konten cerpen. Pasti ada sesi pengenalan. Lalu berlanjut menuju ke inti cerita dengan berbagai konflik menghadang. Dan penyelesaian pun pasti mendatanginya. And then, ending. Sesuai judul tulisan kali ini yaitu “Antara Remaja dan Dewasa”. Aku akan bercerita tentang beberapa masalah yang aku alami saat ini. Untuk kali ini juga, aku takkan mengotak-atik tulisanku seperti halnya tulisanku sebelumnya. Terlalu banyak coretan, huruf tebal, garis bawah, blok, warna-warni, dan lain sebagainya. Karena ini masalahnya agak serius. Dengan menulis aku mengeluarkan segala unek-unek yang terdalam. Dengan menulis pula aku akan mengetahui beberapa masalahku dan kalaupun ada pemecahannya. Tak perlu berlama-lama lagi guys. Let’s start.

Aku yang sekarang ini menulis. Memang masih berumur 19 tahun. Masih beberapa bulan lagi akan menuju ke dekade kedua. Suatu umur di mana sangat sulit untuk mengatur waktu, merencanakan masa depan, dan lain-lain. Aku merasa, masa-masa ini adalah waktu yang sangat menentukan. Bisa berpikir secara dewasa, melepaskan kebiasaan ala anak remaja, dan intinya mulai menghadapi dunia yang baru. Meski begitu sekarang ini aku juga sedang kuliah. Baru saja setahun yang lalu aku masuk ke salah satu universitas yang terkenal di kota budaya, Surakarta. Kalau anak yang seumuran denganku yang tidak kuliah, pasti sudah mulai kerja atau membuka usaha untuk menata masa depan. Aku rasa aku sekarang sedang mengambang. Belum bisa bekerja atau membuka usaha karena kuliah, dan tuntutan umur yang sepertinya memaksaku untuk bisa hidup mandiri. Entahlah, sampai sekarang pun, aku belum tahu bagaimana caranya untuk keluar dari kesulitan ini.

Berbagai permasalahan pun muncul ketika aku kuliah. Tentunya yang ingin aku bahas ini adalah masalah bagaimana caranya mengatur waktu. Itu yang utama. Sekarang ini, mau makan tiga kali sehari aja hampir mustahi aku lakukan. Pernah bisa makan tiga kali sehari hanya ketika ada acara di suatu tempat. Yang sudah tertera jadwal untuk makan. Tetapi ketika waktu-waktu biasa, selonggar-longgarnya waktu yang aku punya, jarang sekali bisa mengatur waktu untuk makan. Bahkan parahnya pernah pula makan hanya sekali dalam sehari. Entah alasanku yang terlalu mengada-ada. Salah satu alasanku adalah ketika tidak ada waktu luang hari itu. Terkadang juga aku tidak mau makan ketika patah semangat. Dan sebenarnya masih banyak alasan-alasan lain. Itu semua baru mengatur waktu untuk makan. Bagaimana dengan yang lain ?. Seperti mengatur keuangan, mengatur jam istirahat, mengatur jam pergi ke rumah teman, mengatur urusan organisasi, mengatur waktu beribadah, mengatur waktu belajar, mengatur hal-hal kecil lainnya.

Permasalahan baru pun muncul. Ketika ini, aku sedang berada di kota yang jauh dari keluarga. Mau tidak mau aku harus membereskan semua masalahku seorang diri. Sekarang aku menginap di asrama mahasiswa. Memang kamarnya luas. Pun itu aku pakai sendiri. Jadi banyak ruang yang bisa aku gunakan. Tetapi inilah rasanya hidup. Jika aku kehabisan air galon, maka aku harus beli sendiri. Jika aku kelaparan, pasti harus segera makan sendiri. Jika kamarku kotor, aku bersihkan sendiri. Jika aku merasa gerah, aku harus beli kipas angin. Jika aku kehabisan bensin motor, mau tak mau harus ke SPBU. Jika pakaian telah kotor, harus aku cuci sendiri. Jika aku sakit, bagaimana caranya aku merawat diriku sendiri ?. Tanpa bantuan dari keluargaku. Andaikata aku berada di rumah, jika aku sakit, masih ada keluargaku yang sangat peduli denganku. Atau ini adalah satu tanda bahwa aku mulai menginjak ke fase kehidupan yang baru. Yaitu bagaimana menjalani hidup yang bisa dibilang gampang-gampang susah ini.

Satu masalah lagi yang menarik di sini yang aku alami adalah, berpikir dahulu sebelum membeli sesuatu. Aku sering makan ikan, daging, pokoknya lauk pauk yang enak-enak ketika di rumah. Kalau di sini, melihat ikan goreng, hati pun menginginkannya. Tetapi harga yang berkata dan terkesan tidak terlalu bersahabat denganku. Lucunya seperti ini. Ketika aku di rumah, aku tidak terlalu memikirkan bagaimana caranya keluargaku membeli lauk pauk. Namun ketika aku yang di sini membelinya, sungguh terasa sekali. Bukannya pelit, tetapi ini adalah manajemen keuangan. Aku berpikir pula ketika aku sering makan enak-enak di rumah, entah itu usaha keras dari keluargaku yang aku belum merasakan bagaimana prosesnya. Proses untuk mencapai kemakmuran hidup dan bisa menghidupi seluruh anggota keluarga. Aku merasa bersalah sekali jika aku terlalu sering menghabiskan uangku hanya untuk kenikmatan sementara itu.

Masalah pun belum tuntas, malah bertambah lagi. Jika aku melihat kos teman atau rumahnya, pasti ada makanan ringan yang tersedia banyak. Tidak cuma itu. Ada pula yang membawa camilan dan sepertinya harganya melebihi ikan goreng tadi. Memang, aku tahu. Ia pasti anak orang kaya dan keluarganya sangat sayang padanya. Aku sendiri ketika melihat hal itu, dari penglihatan memang biasa saja. Tetapi dari hati yang terdalam serasa, apakah aku terlalu mengekang diriku ?. Kurang memerhatikannya. Di sisi lain, aku tidak melihat hal ini sebagai bentuk pemborosan. Memang sudah sewajarnya jika manusia juga memerlukan itu. Sampai sekarang pun, aku berpikir. Aku terlalu memanjakan diriku jika aku membeli jajanan itu. Memang ini terdengar lucu jika kalian baca. Memang inilah masalahku. Antara mengekang diri dengan mengurangi membeli jajanan. Atau terlalu memanjakan diri dengan membeli jajanan itu.

Satu hal lagi yang belum aku tulis. Jika aku di rumah, pasti ada buah-buahan yang bisa aku makan. Entah itu beli atau dapat secara cuma-cuma. Di sini, selama hampir dua tahun kuliah ini aku sama sekali belum pernah membeli satu pun buah-buahan. Menurut penelitian dari berbagai ahli, memang buah-buahan memunyai kandungan yang berguna bagi tubuh. Aku berpikir lagi. Jika aku membeli buah-buahan, uang yang seharusnya aku belikan makanan pasti terkurangi. Ah, rasanya rugi jika aku beli buah. Begitulah yang aku pikirkan. Dengan begitu, praktis aku baru bisa makan buah-buahan ketika pulang ke kampung halaman. Ditambah lagi ibuku ketika menelponku terus menyuruhku untuk membeli buah-buahan. Dan sampai detik ini pun, detik ketika aku menulis kata-kata ini, aku belum melaksanakan perintah ibuku. Apakah aku anak yang tidak taat orang tua ?. Ataukah aku yang terlalu menghemat uang pemberian orang tua ?. Kedua pertanyaan itu tidak ingin aku jawab.

Ada lagi satu masalah yang lumayan membuatku harus berpikir. Ketika melihat dan mendengarkan materi kuliah. Para dosen selalu menghimbau agar aku dan teman-temanku menambah koleksi bacaannya. Bukan hanya membeli buku, tetapi juga membacanya. Kalau terlalu pelit untuk membeli buku, maka bisa pergi ke perpustakaan. Meski begitu, jujur saja. Ketika aku ke perpus, aku pasti menuju ke ruang komputernya atau memakai laptopku sendiri untuk mendapatkan koneksi internet. Selain itu pula, aku memang salah satu mahasiswa yang tergolong agak malas untuk membaca buku apalagi yang tebal dan jika tidak menyukai konten yang ada di dalamnya. Pun buku di perpus juga tidak selengkap yang aku kira. Mau tidak mau aku harus mencari buku itu di toko buku. Dan ketika itulah, konflik muncul ke permukaan lagi. Berangkat dari pemikiranku yang terkesan buruk. Menjulur menginfeksi otak dan perasaanku. Aku pun tidak jadi membeli buku-buku yang sebenarnya berisi ilmu penting. Akankah ini tanda aku sedang menuju ke jurang kebodohan karena buruknya pemanajemenan keuanganku ?.

Cerita lain lagi muncul ketika aku masih ada di kos lama. Ketika itu, aku baru membawa sendal dari rumah. Lumayan bagus. Tetapi kudapatkan dengan cara yang tidak terlalu bagus. Katakan saja itu aku dapatkan dengan penukaran sengaja yang aku lakukan di suatu masjid. Dan benda itu tidak terlalu bertahan lama. Dengan kata lain hilang. Lalu aku membawa sendal lagi dari rumah. Kali ini dengan kualitas jauh di bawah daripada yang hilang tadi. Aku juga tidak tahu kenapa. Sendal itu hilang lagi. Aneh tapi terjadi. Inikah kehidupan anak kos ? Selain itu, aku juga baru saja membeli sepatu baru. Belum ada seminggu aku pakai, sepatu itu langsung lenyap entah terbawa atau pergi dengan seseorang. Karena hal itu, aku memakai lagi sepatu yang aku pakai sewaktu SMK dulu. Penuh dengan segala kerusakannya, sepatu itu selalu menemaniku sampai sekarang. Orang tuaku terkadang selalu menanyakan di mana sepatuku yang hilang itu. Aku lantas tidak mengatakannya waktu itu. Karena berbagai kejadian kehilangan itu, aku memutuskan untuk pindah. Ke asrama mahasiswa. Tempat yang sangat cocok denganku. Waktu demi waktu terus berlalu, akhirnya aku memberitahu keluargaku bahwa sepatuku telah hilang. Lalu aku pun belum mau membeli sepatu baru lagi sampai sekarang.

Masalah-masalah di atas memang tidak terlalu besar. Ada satu masalah yang lumayan besar kuhadapi beberapa bulan yang lalu. Ketika itu beberapa hari sebelum bulan puasa ramadan. Hari minggu pagi. Aku berada di rumah kontrakan temanku. Tepatnya di lantai dua. Semuanya telah terlelap. Tinggal aku sendirian yang masih aktif. Motorku di depan rumah kontrakan tidak aku kunci. Jam telah menunjukkan pukul 2 pagi. Aku pikir ada pencuri yang akan mencuri motorku. Aku lihat lagi motorku masih ada. Daripada beresiko dicuri, motorku pun aku masukkan ke parkiran dalam rumah. Jam setengah 3 lalu aku tidur. Lampu masih menyala dan pintu bagian bawah tidak dikunci. Ruangan kamar juga tidak ditutup. Baru saja tidur setengah jam, aku langsung dibangunkan. Ada yang menanyakan di mana laptopnya berada. Aku pun enggan untuk bangun. Tetapi teman-temanku memaksaku untuk bangun dan memeriksa laptop. Dan alangkah kagetnya jiwa dan ragaku. Laptopku dan milik dua temanku lenyap. Serasa aku kehilangan bagian dari diriku. Entah itu dokumenku terdahulu. Tetapi sebagian besar data sudah aku simpan di hardisk. Dan itulah kejadian yang membuat aku sangat sedih sekali dan menyesal bahkan sampai sekarang. Keluargaku selalu menanyakan di mana laptopku. Untuk kesekian kalinya aku belum mau menjawab. Pada akhirnya aku bercerita dengan nenekku. Dengan penuh penyesalan aku mengatakan bahwa bukan hanya laptop yang hilang. Tetapi juga berbagai sendal dan sepatu itu pula. Dan satu hal. Ini belum aku ceritakan kepada bapak dan ibuku. Aku hanya tidak ingin membebani pikiran mereka berdua.

Memang masih banyak lagi permasalahan yang aku hadapi selama ini. Akan menghabiskan berbagai lembar dan berhari-hari jika mau menulis semuanya. Jadi aku putuskan untuk mengakhiri tulisan tentang berbagai masalah ini. Dan aku lanjutkan menuju ke penyelesaian. Setidaknya jika memang ada penyelesaiannya. Walau begitu, aku tetap harus menemukan titik terangnya. Titik terang akan segala permasalahanku ini. Beberapa hari yang lalu, ibuku menelponku lagi. Aku pun menceritakan bagaimana kehidupanku ketika berada di kota Solo ini. Mendengar hampir semua masalahku, ibuku langsung memberikan nasehatnya. Intinya jangan terlalu memikirkan tentang uang. Entah uang untuk membeli makanan, buku, perlengkapan lainnya, buah-buahan, jajanan, dan yang lainnya. Fokus saja dengan kuliah. Ibuku juga menambahkan jika aku membutuhkan uang, katakan saja. Maka ibuku pasti akan segera mengirimkannya. Memang, tujuan dari ibuku sendiri yang sekarang sedang berjuang sampai ke luar negeri hanya untuk menghidupiku, adikku, dan keluargaku yang ada di kampung halamanku. Jika aku terlalu berhemat sampai makan saja satu kali sehari, dan jarang minum karena air galon habis, ibuku pasti sedih. Suatu ketika, ibuku sedang makan enak di sana, pasti teringat akan aku dan keluargaku yang ada di rumah. Sedang makan apa mereka ?. Ibu makan buah-buahan yang enak di sini, apakah anak-anakku juga demikian ?. Kalau adikku tentu makannya sudah terjamin. Tetapi bagaimana dengan anakku yang sekarang berada di Solo ?. Maka ibuku juga sangat menghimbauku agar tidak terlalu pelit dan mau mengatakan apa pun yang aku butuhkan.

Memang, ibuku sangat pengertian akan keadaanku. Aku yang seharusnya sudah bisa menghasilkan tetapi nyatanya malah menyedot pengeluaran. Tetapi ibuku sangat tulus untuk membiayai kuliahku dan segala kebutuhanku. Katanya, apa gunanya aku kerja jauh-jauh ke sini jika anakku tidak memanfaatkan hasil usaha kerasku ?. Sungguh. Memang orang tua yang tiada bandingannya. Rasa sayangnya sangat besar. Anak berusia 19 tahun masih ia jamin kebutuhannya. Aku tahu, 19 tahun memang waktu yang lumayan lama. Tetapi pasti harapan dari ibuku adalah, selama aku kecil sampai bisa menghasilkan, ia akan selalu merawatku. Jika ia telah mencapai masa-masa tua, giliranku untuk merawatnya. Aku tahu hal itu pasti akan datang. Dan aku memutuskan untuk menepati janji itu sama halnya ketika ibuku selalu setia merawatku selama ini. Entah kurasa, ini lumayan menyelesaikan masalahku. Yang perlu aku lakukan sekarang adalah fokus kuliah dan mencari kesempatan kerja atau membuka usaha. Agar nantinya aku bisa benar-benar bisa membiayai kebutuhan masa depanku.

Pelajaran yang bisa aku petik di sini ada beberapa. Antara lain yaitu janganlah terlalu mengekang diri dengan pemahaman akan penghematan yang berlebihan. Jika memang itu kebutuhan, maka belilah, tidak ada salahnya pula jika aku membelinya. Lalu mulailah mengatur waktumu. Jangan terlalu egois dengan berbagai kesibukanmu. Makan tiga kali sehari memang sangat penting. Kalau sakit maag pasti tahu sendiri bagaimana rasanya. Percayalah bahwa masih ada orang yang sangat peduli denganmu melebihi siapa pun. Yaitu keluargamu. Dunia ini bukanlah dunia yang terpisah. Jadi, selama ada mereka, kamu jangan merasa bahwa kamu bisa menyelesaikan semua masalah itu sendirian. Taatlah pada perintah orang tua. Selama mereka masih memberikan nasehat baik padamu. Karena jika kau menaatinya, pasti masalahmu bisa segera teratasi. Dan masih banyak lagi pelajaran lain yang bisa dipetik di sini. Untuk yang terakhir kalinya, terima kasih lagi karena telah membaca sampai tuntas tulisanku kali ini. Semoga kalian semua juga mempunyai cerita nyata yang lebih bagus daripada aku. Tentunya lebih beruntung daripada aku yang sekarang ini.

Sekian.
Thank you.


Henri Firmansah on 21.33 Selasa 18/02/2014

Friday, 14 February 2014

Flashback Detik-Detik SNMPTN


Flashback Detik-Detik SNMPTN


            Ladies and gentleman, aku ucapkan sekali lagi selamat datang di rumahku ini. Rumah penuh dengan cerita dari berbagai zaman, hehehe. Ada masa lalu, ada masa sekarang, bisa jadi ada masa depan. Lalu selamat menikmati hidangan yang sudah aku sediakan. Meski hanya sebatas tulisan yang gx jelas dan kebanyakan curhat ini. Tetapi inilah salah satu bagian dari kehidupan. Orang akan merasa lega jika sudah mencurhatkan semua masalah atau pun pengalamannya. Begitu juga dengan aku. Berbicara mengenai curhat, kali ini aku akan bercerita tentang perjalanan sebelum berada di Universitas yang keren ini. Sebuah pengalaman yang takkan pernah terlupakan. Dan segera tirainya kita buka, putar filmnya, pop corn sudah ada di genggaman, silahkan menonton film yang paling berkesan ini, Ups salah. Yasudahlah. Selamat membaca. :D

Cerita ini dimulai ketika negara api mulai menyerangEh maaf, bukan itu opening-nya.
Ada-ada saja, hahaha. Cerita sebenarnya terjadi sebelum aku masuk ke jenjang SMA dan yang sederajat. Ketika itu ada beberapa pilihan SMK yang mempunyai berbagai jurusan. Tentu saja. Aku ingin memelajari tentang komputer. Khususnya dalam hal desain. Entah mengapa, instingku mengatakan aku harus menemukan SMK yang ada jurusan komputernya. Memang itulah awal dari semua ini.

Kutemukan SMKN 1 Jenangan. Tempatnya lumayan jauh dari rumahku. Jika rumahku di desa Purwosari, kecamatan Babadan, Ponorogo, sekolah itu letaknya di kecamatan Jenangan. Tanpa pikir panjang, aku segera mendaftar. Singkat cerita aku telah diterima di jurusan RPL. Singkatan dari Remuk, Pekok, Lemot1 Hahaha, hanya bercanda. Sebenarnya singkatan dari Rekayasa Perangkat Lunak. Wah, aneh tapi nyata. Apakah ini yang aku sebut salah jurusan ? Aku pun tak terlalu mengerti. Pokoknya aku tak mau membahas hal ini sampai aku menjelang SNMPTN. Tetapi curhat tetaplah curhat. Aku ungkapkan betapa kebencianku akan jurusan ini. Sudah memelajari kode-kode aneh, jarang mengolah desain, apalagi salah satu guru pengajarnya sama halnya seperti tahun baru Cina 2014. Hahaha, pikir aja sendiri maksudku itu. Karena itu pula, aku juga ingin segera mengakhiri mimpi buruk kenyataanku itu. Berangkat dari semangat itu, aku pun takkan bodoh lagi menyia-nyiakan kesempatan setelah aku lulus SMK. Dan, inilah perjalanan yang paling terasa yang telah menjadi judul curhatanku ini. Akan segera dimulai. Stay close and don’t leave now, ladies and gentleman.

Beberapa bulan menjelang kelulusan yaitu April, aku telah jauh-jauh hari memersiapkan materi yang akan diujikan pada SNMPTN. Mulai dari kumpulan soal dan pembahasan matematika, mencari artikel sejarah, ekonomi, geografi, dan sosiologi. Hmm, that’s right. Aku ingin mendaftar IPS di SNMPTN kali ini. Meski SMK-ku jurusan teknik itu bisa dikatakan golongan IPA, tetapi aku tidak terlalu minat dengan IPA. Hanya biologi saja, dan aku katakan tidak untuk yang lainnya. Karena targetku kali ini adalah impianku dulu yaitu multimedia yang berkenaan dengan desain. Maka pelajaran IPS yang harus aku kuasai. Latar belakang SMK yang terlalu banyak praktek daripada teori menjadi salah satu kendalaku dalam menghadapi ajang paling sulit untuk masuk ke perguruan tinggi favorit ini. Jika dipikir lagi, anak SMA akan menjadi lawan sulitmu untuk diterima di Universitas. Demikian juga dengan anak SMK akan menjadi rival beratmu jika ingin masuk ke Poliklinik, eh maksudnya Politeknik bro, haha.

Banyak sekali soal yang aku kerjakan. Bisa dapat dari referensi soal SNMPTN tahun lalu, bisa juga soal buatan suatu instansi. Dan ketika mendengarkan info dari salah satu temanku, dan aku rasa info itu seperti pengubah nasibku.

“Hen, kamu ingin belajar intensif SNMPTN ?”.
“Ia, bagaimana caranya ?”.
“Ikut les SSC aja. Singkatan dari Sony Sugema College. Aku beritahu ya, SSC itu lumayan keren lo. Di sana mentornya sangat profesional dan sangat cocok jika kamu ingin lolos ujian masuk Univ”.
“Wah, begitu ya. Haha, selama ini aku jarang ikut les. Oia, kapan daftarnya ?”.
“Begini, kamu fokus aja sama UAN. Setelah UAN usai, pendaftarannya dibuka. Nanti aku antar”.
“Hmm, makasih banget ya atas infonya. Semoga kita bisa melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Amin”.

Seperti itulah sekiranya sepenggal percakapan kala itu. Lalu, setelah UAN telah aku selesaikan, dengan harapan aku segera menyingkir dari sekolah itu. Memang itulah yang aku inginkan, hehehe. Berangkat dengan penuh keyakinan menuju tempat les. Dan inilah bagian cerita kali ini yang paling aku sukai. Hari minggu. Entah pagi atau siang aku juga agak lupa. Aku telah datang di tempat les. Aku dijadwalkan berada di suatu ruangan. Aku lihat masih sepi untuk kelas IPS. Dan wah, busett, mengerikan, menakjubkan, memesona sekali, membuatku sampai terbang tinggi ke awan. Dan apakah aku segitu lebaynya ya, haha. Aku bertemu dengan...

Dan aku harus memotong cerita bagian ini. Terlalu mengerikan jika aku ceritakan. Dan aku lanjutkan saja ceritanya.
Setelah sekitar 1,5 bulan mendapatkan materi-materi dan juga sering ujian simulasi SNMPTN, tiba saatnya untuk mendaftar ke Universitas pilihan. Dan jelas, aku memilih Jurusan DKV. Singkatan dari Desain Komunikasi Visual, di Universitas Negeri Malang, disingkat UM.
Satu lagi, yaitu pilihan alternatif yaitu Sastra Daerah di Univeristas Sebelas Maret, Solo. Dan aku mendapatkan tempat untuk ujian tulis yaitu di UMM, Universitas Muhammadiyah Malang. Dan untuk ujian keterampilan di UM. Setelah itu, aku beserta semua anak yang ikut les di SSC berdoa agar bisa lancar dan diterima di Universitas masing-masing. Amin. Perjalanan menegangkan dan inti dari cerita ini akan segera mulai. Jadi, bagi para penonton, dimohon bersiap-siap dengan segalanya apa pun yang terjadi. Wah, absurd banget. :D

Pagi itu. Minggu tanggal 10 Juni 2012, aku dan beberapa temanku seperjuangan berangkat dari tanah kelahiran untuk menuju ke medan pertempuran. Armada yang berangkat pun dibagi menjadi dua tujuan yang berbeda. Ada yang menuju ke Surabaya, ada yang menuju ke Malang. Aku dan sebagian orang naik mobil. Sementara sebagian besar naik bus. Dengan semangat membara ala prajurit 45, kami semua akan berusaha sekuat-kuatnya agar bisa mengalahkan musuh yang menghadang. Wah, narasinya seperti mau perang saja. Dasar, yang namanya Henri itu memang ada-ada saja selalu diada-adakan. Gakpapalah, hitung-hitung untuk penyegar suasana, haha. Singkat cerita, rombonganku telah sampai di kota apel. Tetapi kami tidak akan beli apel. Lebih penting dari itu.


Rombongan menuju asrama yang telah disewa di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Selain itu, rombongan juga mengunjungi Universitas Brawijaya, UMM, Universitas Merdeka Malang, juga melewati Universitas yang lainnya. Hari pun mulai malam. Waktu itu aku juga mulai belajar lagi untuk detik-detik yang kian dekat ini.


Hari perhelatan akbar pun dimulai. Hari selasa tanggal 12 Juni 2012. Tepatnya di salah satu gedung di UMM,
aku akan mulai menjalani salah satu momen-momen bersejarah dalam hidupku yang mungkin takkan pernah aku lupakan. Pagi-pagi jalanan telah ramai. Memang sudah terlihat. Sebanyak inikah saingan untuk masuk ke perguruan tinggi ? Entahlah. Dan semoga aku menjadi salah satu dari sekian banyaknya jiwa-jiwa yang beruntung dan berhasil lolos tes paling mengesankan ini, amin. Memang aku agak lupa. Seingatku jam pertama adalah matematika dasar lalu dilanjutkan tes potensia akademik. Dan matematika adalah pelajaran paling absurb dan menyedihkan juga membosankan nan terdengar tak berguna. Walau bagaimanapun, aku tetap harus bisa. Dengan memertaruhkan segalanya, aku pun mengerjakan soal-soal itu. Demikian pula untuk tes potensi akademik. Hari pertama telah aku jalani. Waktunya pulang lagi menuju tempat tinggal sementara. Hah, akhirnya bisa bernapas lega.


Hari selanjutnya. Rabu tanggal 13 Juni 2012. Masih di ruangan yang sama. Meski begitu ada satu perbedaan dari hari kemarin. Kalau kemarin jadwalnya pagi, kali ini jadwalnya agak siang. Jadi bisa sedikit bersantai dulu. Dan hari kedua adalah tes bidang studi IPS. Semoga tidak mengalami kesulitan yang berarti, semoga saja. Detik-detik menegangkan tahap dua akhrinya telah aku lalui. Bagaimanapun badai pasti berlalu, aku pun agaknya lega meski banyak jawaban yang tidak terlalu aku yakini benar. Tetapi harapanku adalah semoga keajaiban itu memang ada, lalu membawaku menuju tanah impianku. Lalu aku dan rombongan kembali lagi ke penginapan.

Karena hari itu adalah hari terakhir bagi mereka yang tidak mengikuti ujian keterampilan, sepertinya tinggal aku seorang yang ada di Malang. Sungguh naas nasibku memang. Tiada yang lain yang menemaniku meski satu malam saja, haha. Tetapi roda keberuntungan terus berputar. Aku bertemu temanku yang lain dan ternyata ia juga mengikuti tes keterampilan. Karena salah satu pilihan jurusannya adalah Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Wah, penyelamatan yang gemilang. Lalu aku dan temanku itu yang bernama Wisnu menuju ke kos temannya. Ternyata temannya itu orang Ponorogo juga yang kuliah di Polinema, Politeknik Negeri Malang. Aku dan Wisnu pun diperbolehkan menginap sementara di kosnya. Sungguh kebaikan hati yang tiada duanya. Aku pun serasa hidup di tengah-tengah keramaian kota yang jauh dari tempat asliku. Inikah serunya sebuah petualangan ?

Bisa jadi. Hari-hari itu pula sedang berlangsungnya piala Eropa atau bisa dikatakan EURO di wah, aku sampai lupa, haha. Lumayan seru sih, bisa nonton sepakbola disela-sela momen mendebarkan semacam SNMPTN ini. Setidaknya bisa menjadi bahan refreshing sementara. Lalu hal baru yang sangat mengesankan yang lain adalah saat teman-temannya Wisnu mengajakku juga untuk makan di Malang. Sungguh menunya mengerikan. Pokoke wenak tenan rekkk, jan ra umum2.


Setelah sedikit mendapatkan kesegaran suasana Malang, saatnya tiba untuk ujian keterampilan. Hari kamis tanggal 14 Juni 2012. Yang pasti adalah menggambar. Aku telah menyiapkan peralatan yang sekiranya akan digunakan. Dengan naik angkot, aku berangkat menuju UM. Ini adalah Universitas yang menjadi tujuan utamaku. Jurusan DKV ada di situ. Aku pun telah sampai. Aku mulai berjalan memasuki kawasan yang bagiku sangatlah asing. Aku juga melihat papan nama bertuliskan nama lengkap universitas itu. Wah, andaikata aku diterima di sini, aku akan segera memotret diriku di depan papan nama itu. Hmm, semoga saja. Lanjut dalam perjalanan menuju ruang yang ditentukan.

Tes menggambar diadakan di Fakultas Sastra kalau gx salah, aku juga sudah mulai lupa, hehehe. Makin lama aku makin kebingungan, jalan mana yang harus aku lewati ? Aku pun bertanya kepada pak satpam. Info yang aku dapat darinya tidak begitu jelas karena aku juga belum familiar dengan denah UM. Akhirnya keajaiban untuk kesekian kalinya datang mengampiriku. Ia bernama Nurhadi, seorang mahasiswa UM jurusan kalo gx salah matematika. Ia yang akhirnya mengantarkanku menuju ke ruang ujian. “Wah, terima kasih mas, kalo gx ada mas, aku pasti seperti ikan gurami di dalam lumpur. Tak tahu jalannya menuju air”. Dan sampailah aku di tempat perhelatan dahsyat yang terakhir.


Aku pun memasuki ruangan. Ternyata aku hampir terlambat. Meski begitu, ternyata ujian belum dimulai. Bersyukur aku pun bersyukur. Setelah berputar-putar tidak jelas, akhirnya sampai juga. Tes pertama dimulai. Menggambar benda dengan memanfaatkan sudut pandang menjadi santapan pertama kala itu. Bagiku itu tidak terlalu sulit. Tinggal gambar saja sesuai dengan apa yang aku lihat. Dan wauw, aku seperti selesai duluan. Tetapi aku tidak mau mengumpulkan saat itu juga. Bagiku, sebaiknya meneliti lagi jika ada yang salah. Dan waktu pun telah habis. Saatnya untuk ujian lagi. Kali ini menggambar imajinasi. Ada tiga soal di waktu itu. Pertama, kalo gx salah menggambar ekspresi beberapa orang ketika menonton bola. Kedua, menggambar fenomena pemukiman kumuh. Ketiga, menggambar gerakan beberapa penari di panggung. Awalnya aku memilih untuk mengerjakan soal nomor satu. Tetapi aku malah kesulitan mencari sudut perspektifnya. Dan penghapusku pun menjadi senjata untuk mengganti gambaran ke soal nomor dua, yaitu pemukiman kumuh. Dengan sebisaku, aku pun menggambar. Aku juga melihat orang disampingku gambarannya lumayan. Dan ada yang kelihatan tua dengan style menggambarnya sok banget. Dasar, orang seni rupa yang sok. Aku benci melihat hal itu. Haha. Tak apalah. Waktu pun telah habis lagi.

Inilah ujian ketiga. Ujian dengan waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama. Yaitu tes buta warna. Singkatnya aku telah selesai. Waktunya untuk menunggu tes terakhir, yaitu wawancara. Semoga pertanyaannya tidak mengerikan. Akhirnya namaku pun dipanggil. Tes wawancara ternyata terlalu mudah bagiku. Tidak terlalu sesulit yang aku bayangkan. Intinya aku malah curhat sama pengujinya. Wah, untuk kesekian kalinya Hen, kamu itu terlalu sering curhat, haha. Jam telah menunjukkan sekitar pukul 3 sore. Waktu yang lumayan lama. Aku pun pulang. Mencari angkot lagi untuk menuju ke kos temannya Wisnu tadi. Sesampainya di kos, aku pun berencana untuk pulang hari jumat pagi. Setelah memesan travel, aku pun menyiapkan barang-barang untuk aku bawa pulang. Tak lupa aku juga mengucapkan terima kasih kepada Wisnu dan teman-temannya yang sangat baik hatinya telah menerimaku di kosnya. Sungguh, pengalaman yang luar biasa.

Keesokan harinya, Jumat tanggal 15 Juni 2012, aku pulang menuju tanah kelahiran, bumi reog.
Suasana yang mengerikan di mobil yang tidak bisa dibuka jendelanya. Ditambah lagi penumpang yang sangat banyak, membuatku sangat frustasi. Dan di malam sebelumnya aku malah makan kacang rasa bawang. Membuat perutku mulai mual. Dan petir pun meledak. Hujan mulai turun, apalagi badai mulai menyerang. Wah, salah cuaca. Maksudnya aku mau bilang bahwa aku muntah. Wah, terlalu menyedihkan jika dijelaskan, eh maksudnya mengerikan, hehe. Lewat dengan rute berbeda, dan dengan waktu hanya 5 jam akhirnya aku pun telah sampai di kota reog, Ponorogo. Tepat siang hari jam 12, aku langsung menuju masjid untuk jumatan. Setelah selesai, aku pun menghubungi bapakku. Lalu aku pun pulang menuju rumah. Sepertinya aku sangat rindu sekali pada rumahku. Meski begitu, itu adalah bagian dari petualangan yang paling mengesankan bagiku.


Ending-nya. Meskipun detik-detik ujian SNMPTN telah berakhir, bagiku ada satu hal yang menarik ketika aku berada di Malang. Yaitu tentang Universitas Muhammadiyah Malang. Dilewati oleh sungai, dan juga panorama alamnya sungguh tiada duanya. Gedung-gedung yang tinggi
nan megah. Lalu betapa kerennya seluruh bagian kampusnya itu yang memang takkan terlupakan. Sampai sekarang pun, serasa aku ingin mengunjungi tempat istimewa itu lagi. Suatu hari nanti.

Siapa kira sudah ending. Haha, cerita masih berlanjut. Sekitar hampir sebulan setelah ujian SNMPTN, aku pun menunggu pengumuman. Satu hal ketika itu, aku pun mencoba browsing tentang mata kuliah DKV. Ternyata ada satu mata kuliah yang bagiku lumayan mustahil untuk aku kerjakan. Yaitu menggambar manusia secara asli. Wah, aku yang sebenarnya suka menggambar kartun disuruh menggambar manusia, mana mungkin aku mau ? Aku tidak terlalu minat menggambar manusia yang realis. Dan aku pun berdoa.

“Semoga aku tidak diterima di DKV UM, semoga aku tidak di Malang. Karena Malang itu jauh daripada Solo. Lagi pula biaya hidupnya lumayan tinggi. Dan tak lupa pula satu hal yang menjadi alasanku lagi adalah, sebenarnya ini adalah alasan yang aneh. Tetapi curhat tetaplah curhat. Wah maksa banget sih Hen, :D. Intinya air di Malang itu dingin. Bisa saja itu menghambatku dalam memulai aktivitas. Semoga saja doaku terkabulkan. Amin”.

Momen yang paling ditunggu-tunggu setelah sekian berjuang pun akhirnya datang. Tanggal 7 Juli kalau tidak salah. Pukul 19.00 pengumuman akan tertera di web resmi SNMPTN. Jam 7 malam aku berangkat menuju warnet. Karena mengingat pasti banyaknya orang yang mengaksesnya. Sebelum itu, aku minta ibuku untuk menelponku. Aku katakan pada ibuku jika saja aku tidak diterima, aku sudah tidak punya ide lagi. Ibuku hanya simple saja. Yaitu aku akan diberi modal untuk mendirikan suatu usaha, jika perlu. Tak lupa aku juga meminta doa dan restu dari ibuku semoga impianku benar-benar terwujud. Setelah itu, aku pun memberanikan diri untuk berangkat menuju warnet.

What the happen ? Ada apakah di sana ? What will i do if i failed ? Tidak. Aku takkan takut melihat kenyataan. This is a life. Ada gagal ada pula berhasil. Ahh, sudahlah. Momen-momen paling menyedihkan atau menyenangkan bisa saja terjadi. Setelah sampai, aku langsung membuka web resmi SNMPTN. Aku tulis nomor urutku. Dan loading-pun berputar-putar bagaikan roda nasib yang akan menunjukkan masa depanku. Seperti apakah hasilnya ? Sungguh tak terkira, tak terbayangkan, tak terpikirkan, tak terelakkan, tak kusangka, dan tak-tak yang lainnya, hahaha. AKU LOLOS DAN DITERIMA DI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA.


Wah, aku sangat ingin sekali berteriak dan melompat-lompat melihat hal ini. Ingin mengocok soda dan membuka tutup botolnya seperti dalam selebrasi pemenang balapan Motto GP. Tetapi keadaannya lagi di warnet. Aku pun hanya kegirangan di dalam hati saja. Bagiku, kalau hati sudah senang, pasti raga juga akan senang. Wah, doaku benar-benar terkabulkan. Bersyukur, aku pun bersyukur. Dan UNS, aku segera datang.


Finally, perjuangan paling berkesan dalam hidupku ini telah aku lalui dengan kegemilangan. Sungguh hasil yang lumayan pantas dengan perjuanganku. Aku yakin, Tuhan selalu adil. Dan doa orang tua juga turut menjadi pengantarku menuju ke tempat yang sangat keren yang ada di Solo. Wah, rasa senang pun terasa sampai sekarang.

In the very last, ladies and gentelman. Terima kasih telah membaca sampai detik ini. Jika aku terlalu lebay dalam bercerita, biarkan sajalah. Inilah blogku, kau bisa buat blogmu sendiri dan kau tulis sesukamu. Bagiku, ini bukan tulisan resmi. Hanya curhatan belaka. Tetapi tetap bermakna. Sekiranya sampai di sini dulu ya. Sampai berjumpa lagi di lain cerita.
See you ...
Farewell ...

Henri Firmansah

NB : Keterangan.
1 : Remuk, Pekok, Lemot = Rusak, Bodoh, Lamban
2 : Pokoke wenak tenan rekkk, jan ra umum = Pokoknya enak sekali bro, wah sungguh istimewa.

Saturday, 8 February 2014

Dunia Dalam Pohon

Dunia Dalam Pohon


Hari yang cerah. Tampak seperti hari-hari biasa. Matahari selalu terlihat dengan keindahan sinarnya. Begitu juga ketika malam. Bintang dan bulan tampak menghiasi. Memang inilah kenampakan yang dilihat oleh Taro dan penduduk wilayah atas. Taro, hidup bersama warga di sebuah pohon besar yang menopang kehidupan. Rumah, jalan, sungai ada disitu semua. Hanya saja tidak ada gunung dan pantai. Kendaraan yang dipakai yaitu hewan-hewan seperti capung, lebah, kupu-kupu, berbagai macam burung. Hewan-hewan tersebut memang berukuran besar dan bisa untuk dikendarai. Jika ingin pergi tanpa jalan, bisa menaiki dedaunan dan turun dengan perlahan. Memang seperti dunia khayalan. Dan inilah dunia Taro sekarang. Meski merasakan kehidupan yang tenteram, tetapi ada satu hal yang mengganjal hati Taro.

“Makin lama, makin bosan aja hidup di sini. Emangnya apa tidak ada tempat lain apa ?” Tanya Taro sambil memandangi langit malam
“Andai saja aku bisa menemukan tempat baru. Pasti akan menyenangkan sekali. Lagipula, orang-orang di sini pada payah semua sih. Selalu tertutup. Benar-benar menyebalkan” Tandasnya lagi

Malam telah berlalu. Lain hari, lain pula suasana. Meski begitu, bagi Taro, dunianya tidaklah sekecil ini. Berbekal semangat ingin tahu itu pula, Taro berencana untuk pergi berkunjung ke tempat lain. Mungkin bisa ke ujung atas pohon. Atau ke ranting yang lain. Yang penting tidak statis terus. Setelah bersiap-siap, akhirnya perjalanan pun dimulai. Dengan mengendarai capung yang ia beri nama Flina, Taro mulai menyusuri batang pohon tempat ia tinggal menuju ke atas. Entah apa yang ada di atas sana. Dan akhirnya Taro pun telah sampai. Ia bisa semakin jelas melihat angkasa yang jauhnya tidak terhingga. Namun bukan ini yang Taro cari. Taro pun berhenti dan merenung sejenak. Sambil meminum teh yang ia bawa, Taro ingat satu hal.

“Jika ini adalah pohon, pasti harus ada batang apalagi akar. Jika ada bagian atas, pasti harus ada bagian tengah dan bawah”

Itu adalah semacam catatan kuno yang Taro pernah baca di sebuah buku yang ada di perpustakaan yang berada di cabang ranting pohon dan sekarang semua buku-bukunya telah musnah. Taro merasa orang-orang di sekitarnya jarang melihat apalagi membaca buku-buku itu. Mungkin inilah penyebab mengapa mereka tidak tahu akan dunia yang sebenarnya luas ini. Bagi mereka, hanya ada bagian atas. Tanpa mempedulikan tengah dan juga bawah. Dan dengan pengetahuan itulah, Taro mencoba untuk turun. Jika saja ia menemukan dunia yang lain itu. Memang sebenarnya ada.

Hari berikutnya. Kali ini Taro tidak mengajak Flina untuk perjalanan ke bawah. Hanya dengan menggunakan daun, Taro pun bisa turun dengan santai. Sambil melihat keadaan sekitar. Tampak biasa saja sebelum akhirnya Taro sampai di sebuah tempat yang aneh. Taro akhirnya sampai di dinding besar yang ia sendiri tidak tahu dinding apa itu. Taro coba menanyakannya pada warga sekitar. Dan sama saja. Hasilnya nihil. Tiada seorang pun yang tahu menahu tentang dinding ini. Apalagi waktu ditanya banyak orang yang tidak menjawab dan pergi begitu saja. Taro pun sangat kecewa akan sikap orang-orang bagian atas ini. Semuanya sama saja. Kurang begitu akrab dan bisa diajak bersahabat. Karena hari juga semakin larut, Taro memutuskan untuk tidur dulu di depan dinding itu.

Malam ini Taro sedang bermimpi. Mimpinya entah kenapa sepertinya menarik. Taro berada di sebuah tempat yang jauh berbeda penampakannya. Meski begitu, tampak tidak begitu jelas ia sedang berada di mana waktu itu. Dan siapa yang tahu. Dinding itu ternyata adalah pembatas antara dunia bagian atas dan bagian tengah. Taro yang tertidur pun secara tidak sengaja membuka salah satu pintu rahasia. Taro pun terseret dan masuk ke dalamnya. Selama malam itu pula, Taro terjatuh dan bahkan belum sadar. Alarm yang ia pasang di jam tangannya berbunyi. Taro langsung terbangun. Ketika membuka mata, Taro tak bisa mengucapkan sepatah kata apa pun. Sampai ia melihat keadaan sekitar yang memang hampir sama atau benar-benar seperti di mimpinya malam tadi. “apakah ini, dunia yang aku cari selama ini ?”

Lampu-lampu yang menghiasi, sungai yang berwarna-warni karena siratan cahaya lampu, dan jalan seperti terowongan yang indah memang tidak seperti dalam bayangan Taro. Seperti sisi lain dari dunia atas yang penuh dengan kebosanan. Ketika itu ada seorang anak kecil yang mendekati Taro.

“halo mas, sedang apa di sini ?” Tanyanya lembut
“halo juga, tidak ada apa-apa kok. Hanya saja cuma tertegun dengan keindahan tempat ini.” Jawab Taro
“oia, mas namanya siapa ? Kalo namaku Reiva”
“namaku Taro. Senang bertemu denganmu Rei. Hmm, aku tanya dulu, ini di mana sih, sepertinya aku baru tahu akan tempat ini”.
“oke mas Taro, sini aku jelaskan”.

Sambil menjelaskan, Taro dan Reiva mengunjungi rumah siput. Sebuah rumah yang didesain untuk mengobrol santai. Sambil melihat pemandangan yang indah, Reiva menjelaskan tentang dunianya ini.

“Ini adalah dunia bawah tanah. Memang terlihat gelap, tetapi kami punya banyak lampu dan berbagai terowongan yang unik. Kami juga menggunakan hewan-hewan tanah sebagai kendaraan. Mereka bisa mengebor dan membuat terowongan sendiri. Di sini para penduduk hidup dengan keharmonisan mereka. Saling tolong menolong dan sangat akrab. Untuk lebih jelasnya nanti aku ajak mas Taro ke rumahku. Mas Taro juga bisa jelaskan dari mana sebenarnya tadi datangnya”. Jelas Reiva panjang lebar

Mendengar penjelasan dari Reiva, membuat Taro semakin bersemangat dan senang. Lalu mereka berdua segera menuju ke rumahnya Reiva. Di sana ada beberapa temannya dan juga keluarganya. Mereka semua menyambut kedatangan Reiva yang tampak bersama orang asing. Lalu Reiva mempersilahkan Taro untuk bercerita dari mana ia berasal. Dengan panjang lebar, Taro menceritakan tentang keadaan alam bagian atas. Semua yang mendengarkan cerita Taro semakin tertarik. Tetangga Reiva juga banyak berdatangan untuk mendengarkan cerita dari Taro. Taro sendiri merasakan suasana keakraban yang belum pernah ia rasakan ketika berada di bagian atas. Ternyata satu hal yang belum pernah dilihat oleh penduduk bawah yaitu cahaya selain lampu. Karena selama ini para penduduk bawah memang tidak pernah bisa melihat dunia atas. Taro pun juga menceritakan tentang dinding pembatas yang ia lihat sewaktu berada di bagian atas. Salah satu orang berumur tua mengatakan sesuatu kepada Taro.

“nak, aku tahu yang kau maksudkan. Dulu aku pernah membaca sebuah catatan kuno yang sekarang sudah hilang. Seingatku memang ada dinding itu di bagian bawah. Tetapi kita semua tidak pernah bisa tahu caranya untuk membukanya dan melihat dunia bagian tengah dan atas”. Kata seorang kakek

Orang-orang yang berada di situ juga bertanya-tanya bagaimana caranya Taro bisa membuka dinding itu bahkan sampai ke dunia bagian bawah. Taro hanya menjawab yang ia tahu. Bahkan Taro juga belum mengetahui tentang dunia bagian tengah. Sepertinya Taro tertidur sewaktu melintasi bagian tengah. Lalu setelah pembicaraan yang panjang, akhirnya Taro mengambil satu keputusan. Ia akan menuju ke dinding pembatas dunia bagian tengah. Lalu Taro segera pamitan kepada para penduduk sekitar.

Perjalanan Taro selanjutnya berlanjut. Setelah mendengar tentang banyak hal akan dunia bawah tanah, saatnya untuk mengetahui dunia tengah yaitu batang pohon. Dan juga mencari tahu mengapa para penduduk atas dan bawah menjadi terpisah. Berjalan melewati terowongan memang sungguh pengalaman tak terlupakan bagi Taro. Taro hanya berharap ia bisa mengunjungi tempat ini lagi suatu hari nanti. Dan akhirnya sampailah Taro di dinding pembatas yang dimaksud. Sambil melihat-lihat dinding, Taro mencari cara untuk bisa membuka salah satu pintunya. Ketika berjalan ada sesuatu yang menjerat kaki Taro. Taro pun terseret dan masuk ke suatu tempat yang berbeda dari bagian atas dan bawah. Tampak seperti labirin. Taro hanya bertanya-tanya apakah ia masuk lewat jalan lain. Tidak seperti ketika ia terjatuh dari atas. Ataukah ini memang dunia bagian tengah yang asli dan tadi itu ia kebetulan lewat jalan rahasia. Dan itu semakin membuat Taro bersemangat.

Berjalan menyusuri labirin yang tidak jelas arahnya. Kompas jam tangan Taro tidak berfungsi dengan baik. Sesekali ada jebakan yang menghadang. Tetapi satu hal yang pasti adalah tidak ada seorang pun di sini. Taro mulai bertanya-tanya. “Apakah dunia tengah tidak ada penghuninya, atau mungkin mereka tidak ada di labirin ini. Atau bisa juga ada sisi lain dari labirin ini yang menghubungkan ke daerah berpenduduk ?” Entahlah, Taro pun terus berjalan. Di salah satu bagian labirin terdapat sebuah lukisan. Ada gambar dua orang manusia. Entah siapa itu, tidak begitu jelas dan banyak yang memudar. Taro coba terus mengamati alur lukisan itu. Dan ternyata mengantarkan Taro menuju sebuah tempat yang sangat beraroma mistis. Perasaan tidak enak mulai menghantui. Taro mulai penasaran akan kelanjutan lukisan itu. Meski belum tahu artinya. Tetapi lukisan itu terhenti di tempat itu. Ketika itu, ada sesuatu yang benar-benar membuat Taro tidak bisa berkata apa-apa. Sebuah cahaya menyilaukan mata yang membuka ingatan akan sebuah cerita zaman dahulu pun terkuak.

“Dahulu kala, dunia ini belum terpisah. Para penduduk tinggal dengan rukun di batang pohon. Mereka semua belum mengetahui adanya alam bagian atas dan bawah. Kedua tempat itu baru terkuat berkat kedua orang yang bersahabat akrab bernama Adiraga dan Teoroga. Mereka berdua adalah seorang yang senang berpetualang. Mereka selalu menuliskan catatan sewaktu mengunjungi tempat-tempat yang berbeda. Sampai suatu hari mereka berdua menemukan dinding pembatas antara dunia atas dan bawah. Karena tidak tahu cara membukanya, mereka coba mencaritahu andaikata ada suatu cara untuk membukanya. Mereka meneruskan perjalanan demi membuka dunia baru. Mereka berdua pun sampai di pusat batang. Sebuah tempat paling mistis yang ada di situ. Dan rahasia untuk menuju ke atas dan ke bawah telah terungkap. Ada dua macam kekuatan yang memungkinkan untuk naik dan turun. Adiraga dan Teoroga mengambil masing-masing dua kekuatan itu. Satu kekuatan berwujud pengubah gravitasi menjadi ringan. Memungkinkan untuk bisa menaiki dinding pembatas bagian atas. Yang satu lagi adalah kebalikannya. Yaitu gravitasi berat sehingga bisa turun ke bawah dan tidak tergantung gravitasi daerah batang lagi. Jadinya bisa menuruni dinding pembatas bagian bawah. Satu hal yang terjadi waktu itu adalah dengan melepaskan kedua kekuatan pembuka dunia atas dan bawah, membuat kekacauan gravitasi dunia bagaian batang. Akibatnya para penduduk sebagian terlempar ke atas dan sebagian ke bawah. Demikian juga dengan Adiraga dan Teoraga. Lalu sejak saat itu, daerah batang langsung tertutup dan terbentuklah labirin. Orang yang terlempar ke bagian atas telah menemukan tempat yang fantastis, begitu juga orang yang terlempar ke bagian bawah”.

Tidak terasa Taro telah mendapatkan suatu flashback asal mula dunia pohon tempatnya hidup. Sepertinya catatan kuno yang ia baca dan yang kakek tadi memang beberapa tulisan perjalanan dari Adiraga dan Teoroga. Kedua orang perubah nasib. Memang sepertinya itu adalah suatu kesalahan ketika melepaskan kedua kekuatan yang membuat terpisahnya kehidupan. Tetapi Taro tidak langsung menganggapnya begitu. Baginya itu adalah langkah awal dari petualangan yang sebenarnya. Mencaritahu tempat baru yang belum terjamah. Dan saatnya Taro berpikir untuk bisa menyatukan kedua kehidupan yang terpisah itu. Mungkin inilah kelanjutan petualangan dari Adiraga dan Teoroga. Meski telah terhenti sangat lama, akhirnya Taro sendiri yang berhasil melanjutkannya.

“Jika ada kekuatan untuk mengubah gravitasi menjadi ringan dan berat, apakah ada semacam kekuatan lain ya ? Semacam penetral atau yang sejenisnya”. Taro mulai bergumam sendiri

Ketika memikirkan hal itu, Taro melihat sebuah cahaya kecil. Sangat redup. Taro coba mengambilnya. Dan siapa sangka. Cahaya itu membuat tubuh Taro menjadi kacau. Semakin tidak terkendali. Bahkan Taro hampir kehilangan kesadaran. “Apakah sebenarnya cahaya itu ?” Taro terus mencoba untuk mengendalikannya. “Mungkinkah kekuatan baru ?” Cahaya itu juga benar-benar membuat Taro tidak bisa berbicara. Semakin kuat, pengaruh cahaya itu semakin merasuki tubuh dan jiwa Taro. Tertinggal kata hati Taro yang belum tersentuh. Dengan kesempatan terakhir pula, yaitu dari dalam hatinya Taro menginginkan untuk membuat semuanya bersatu. Ketiga dunia bisa bergabung lagi. Lalu cahaya itu membuat daerah sekitar hancur. Labirin pun hancur. Taro juga bisa melihat dinding pembatas bagian atas dan bawah dari situ. Taro juga menginginkan kedua dinding itu hancur. Agar orang-orang bisa saling mengunjungi. Dan sebuah kilauan cahaya dari tubuh Taro memang membuat hal itu terjadi. Dinding pembatas pun hancur. Sepertinya itu adalah kekuatan yang menjadi jawaban atas pertanyaan Taro selama ini. Dan dengan begitu, Taro telah membuka era baru. Setelah era Adiraga dan Teoroga yang menemukan dua dunia. Taro membuat dua dunia itu bergabung menjadi satu.

Lalu Taro pulang menuju dunia atas. Ia melihat semua penduduk bagian atas sedang berbondong-bondong mengunjungi dunia tengah dan bawah. Begitu juga sebaliknya bagi penduduk bagian bawah. Hal ini membuat Taro merasa senang. Akhirnya dunia ini bisa bersatu dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya. Dunia bagian atas memang menawan karena setiap hari bisa melihat berbagai bintang dan bulan. Dunia bagian bawah yang penuh dengan variasi lampu keren. Dan penghubung antara kedua dunia itu, awal mula kehidupan di pohon ini. Yaitu dunia bagian tengah. Akhirnya sebuah lanjutan petualangan oleh Taro telah terpenuhi. “Mission complete” ...


TAMAT