Saturday 8 February 2014

Dunia Dalam Pohon

Dunia Dalam Pohon


Hari yang cerah. Tampak seperti hari-hari biasa. Matahari selalu terlihat dengan keindahan sinarnya. Begitu juga ketika malam. Bintang dan bulan tampak menghiasi. Memang inilah kenampakan yang dilihat oleh Taro dan penduduk wilayah atas. Taro, hidup bersama warga di sebuah pohon besar yang menopang kehidupan. Rumah, jalan, sungai ada disitu semua. Hanya saja tidak ada gunung dan pantai. Kendaraan yang dipakai yaitu hewan-hewan seperti capung, lebah, kupu-kupu, berbagai macam burung. Hewan-hewan tersebut memang berukuran besar dan bisa untuk dikendarai. Jika ingin pergi tanpa jalan, bisa menaiki dedaunan dan turun dengan perlahan. Memang seperti dunia khayalan. Dan inilah dunia Taro sekarang. Meski merasakan kehidupan yang tenteram, tetapi ada satu hal yang mengganjal hati Taro.

“Makin lama, makin bosan aja hidup di sini. Emangnya apa tidak ada tempat lain apa ?” Tanya Taro sambil memandangi langit malam
“Andai saja aku bisa menemukan tempat baru. Pasti akan menyenangkan sekali. Lagipula, orang-orang di sini pada payah semua sih. Selalu tertutup. Benar-benar menyebalkan” Tandasnya lagi

Malam telah berlalu. Lain hari, lain pula suasana. Meski begitu, bagi Taro, dunianya tidaklah sekecil ini. Berbekal semangat ingin tahu itu pula, Taro berencana untuk pergi berkunjung ke tempat lain. Mungkin bisa ke ujung atas pohon. Atau ke ranting yang lain. Yang penting tidak statis terus. Setelah bersiap-siap, akhirnya perjalanan pun dimulai. Dengan mengendarai capung yang ia beri nama Flina, Taro mulai menyusuri batang pohon tempat ia tinggal menuju ke atas. Entah apa yang ada di atas sana. Dan akhirnya Taro pun telah sampai. Ia bisa semakin jelas melihat angkasa yang jauhnya tidak terhingga. Namun bukan ini yang Taro cari. Taro pun berhenti dan merenung sejenak. Sambil meminum teh yang ia bawa, Taro ingat satu hal.

“Jika ini adalah pohon, pasti harus ada batang apalagi akar. Jika ada bagian atas, pasti harus ada bagian tengah dan bawah”

Itu adalah semacam catatan kuno yang Taro pernah baca di sebuah buku yang ada di perpustakaan yang berada di cabang ranting pohon dan sekarang semua buku-bukunya telah musnah. Taro merasa orang-orang di sekitarnya jarang melihat apalagi membaca buku-buku itu. Mungkin inilah penyebab mengapa mereka tidak tahu akan dunia yang sebenarnya luas ini. Bagi mereka, hanya ada bagian atas. Tanpa mempedulikan tengah dan juga bawah. Dan dengan pengetahuan itulah, Taro mencoba untuk turun. Jika saja ia menemukan dunia yang lain itu. Memang sebenarnya ada.

Hari berikutnya. Kali ini Taro tidak mengajak Flina untuk perjalanan ke bawah. Hanya dengan menggunakan daun, Taro pun bisa turun dengan santai. Sambil melihat keadaan sekitar. Tampak biasa saja sebelum akhirnya Taro sampai di sebuah tempat yang aneh. Taro akhirnya sampai di dinding besar yang ia sendiri tidak tahu dinding apa itu. Taro coba menanyakannya pada warga sekitar. Dan sama saja. Hasilnya nihil. Tiada seorang pun yang tahu menahu tentang dinding ini. Apalagi waktu ditanya banyak orang yang tidak menjawab dan pergi begitu saja. Taro pun sangat kecewa akan sikap orang-orang bagian atas ini. Semuanya sama saja. Kurang begitu akrab dan bisa diajak bersahabat. Karena hari juga semakin larut, Taro memutuskan untuk tidur dulu di depan dinding itu.

Malam ini Taro sedang bermimpi. Mimpinya entah kenapa sepertinya menarik. Taro berada di sebuah tempat yang jauh berbeda penampakannya. Meski begitu, tampak tidak begitu jelas ia sedang berada di mana waktu itu. Dan siapa yang tahu. Dinding itu ternyata adalah pembatas antara dunia bagian atas dan bagian tengah. Taro yang tertidur pun secara tidak sengaja membuka salah satu pintu rahasia. Taro pun terseret dan masuk ke dalamnya. Selama malam itu pula, Taro terjatuh dan bahkan belum sadar. Alarm yang ia pasang di jam tangannya berbunyi. Taro langsung terbangun. Ketika membuka mata, Taro tak bisa mengucapkan sepatah kata apa pun. Sampai ia melihat keadaan sekitar yang memang hampir sama atau benar-benar seperti di mimpinya malam tadi. “apakah ini, dunia yang aku cari selama ini ?”

Lampu-lampu yang menghiasi, sungai yang berwarna-warni karena siratan cahaya lampu, dan jalan seperti terowongan yang indah memang tidak seperti dalam bayangan Taro. Seperti sisi lain dari dunia atas yang penuh dengan kebosanan. Ketika itu ada seorang anak kecil yang mendekati Taro.

“halo mas, sedang apa di sini ?” Tanyanya lembut
“halo juga, tidak ada apa-apa kok. Hanya saja cuma tertegun dengan keindahan tempat ini.” Jawab Taro
“oia, mas namanya siapa ? Kalo namaku Reiva”
“namaku Taro. Senang bertemu denganmu Rei. Hmm, aku tanya dulu, ini di mana sih, sepertinya aku baru tahu akan tempat ini”.
“oke mas Taro, sini aku jelaskan”.

Sambil menjelaskan, Taro dan Reiva mengunjungi rumah siput. Sebuah rumah yang didesain untuk mengobrol santai. Sambil melihat pemandangan yang indah, Reiva menjelaskan tentang dunianya ini.

“Ini adalah dunia bawah tanah. Memang terlihat gelap, tetapi kami punya banyak lampu dan berbagai terowongan yang unik. Kami juga menggunakan hewan-hewan tanah sebagai kendaraan. Mereka bisa mengebor dan membuat terowongan sendiri. Di sini para penduduk hidup dengan keharmonisan mereka. Saling tolong menolong dan sangat akrab. Untuk lebih jelasnya nanti aku ajak mas Taro ke rumahku. Mas Taro juga bisa jelaskan dari mana sebenarnya tadi datangnya”. Jelas Reiva panjang lebar

Mendengar penjelasan dari Reiva, membuat Taro semakin bersemangat dan senang. Lalu mereka berdua segera menuju ke rumahnya Reiva. Di sana ada beberapa temannya dan juga keluarganya. Mereka semua menyambut kedatangan Reiva yang tampak bersama orang asing. Lalu Reiva mempersilahkan Taro untuk bercerita dari mana ia berasal. Dengan panjang lebar, Taro menceritakan tentang keadaan alam bagian atas. Semua yang mendengarkan cerita Taro semakin tertarik. Tetangga Reiva juga banyak berdatangan untuk mendengarkan cerita dari Taro. Taro sendiri merasakan suasana keakraban yang belum pernah ia rasakan ketika berada di bagian atas. Ternyata satu hal yang belum pernah dilihat oleh penduduk bawah yaitu cahaya selain lampu. Karena selama ini para penduduk bawah memang tidak pernah bisa melihat dunia atas. Taro pun juga menceritakan tentang dinding pembatas yang ia lihat sewaktu berada di bagian atas. Salah satu orang berumur tua mengatakan sesuatu kepada Taro.

“nak, aku tahu yang kau maksudkan. Dulu aku pernah membaca sebuah catatan kuno yang sekarang sudah hilang. Seingatku memang ada dinding itu di bagian bawah. Tetapi kita semua tidak pernah bisa tahu caranya untuk membukanya dan melihat dunia bagian tengah dan atas”. Kata seorang kakek

Orang-orang yang berada di situ juga bertanya-tanya bagaimana caranya Taro bisa membuka dinding itu bahkan sampai ke dunia bagian bawah. Taro hanya menjawab yang ia tahu. Bahkan Taro juga belum mengetahui tentang dunia bagian tengah. Sepertinya Taro tertidur sewaktu melintasi bagian tengah. Lalu setelah pembicaraan yang panjang, akhirnya Taro mengambil satu keputusan. Ia akan menuju ke dinding pembatas dunia bagian tengah. Lalu Taro segera pamitan kepada para penduduk sekitar.

Perjalanan Taro selanjutnya berlanjut. Setelah mendengar tentang banyak hal akan dunia bawah tanah, saatnya untuk mengetahui dunia tengah yaitu batang pohon. Dan juga mencari tahu mengapa para penduduk atas dan bawah menjadi terpisah. Berjalan melewati terowongan memang sungguh pengalaman tak terlupakan bagi Taro. Taro hanya berharap ia bisa mengunjungi tempat ini lagi suatu hari nanti. Dan akhirnya sampailah Taro di dinding pembatas yang dimaksud. Sambil melihat-lihat dinding, Taro mencari cara untuk bisa membuka salah satu pintunya. Ketika berjalan ada sesuatu yang menjerat kaki Taro. Taro pun terseret dan masuk ke suatu tempat yang berbeda dari bagian atas dan bawah. Tampak seperti labirin. Taro hanya bertanya-tanya apakah ia masuk lewat jalan lain. Tidak seperti ketika ia terjatuh dari atas. Ataukah ini memang dunia bagian tengah yang asli dan tadi itu ia kebetulan lewat jalan rahasia. Dan itu semakin membuat Taro bersemangat.

Berjalan menyusuri labirin yang tidak jelas arahnya. Kompas jam tangan Taro tidak berfungsi dengan baik. Sesekali ada jebakan yang menghadang. Tetapi satu hal yang pasti adalah tidak ada seorang pun di sini. Taro mulai bertanya-tanya. “Apakah dunia tengah tidak ada penghuninya, atau mungkin mereka tidak ada di labirin ini. Atau bisa juga ada sisi lain dari labirin ini yang menghubungkan ke daerah berpenduduk ?” Entahlah, Taro pun terus berjalan. Di salah satu bagian labirin terdapat sebuah lukisan. Ada gambar dua orang manusia. Entah siapa itu, tidak begitu jelas dan banyak yang memudar. Taro coba terus mengamati alur lukisan itu. Dan ternyata mengantarkan Taro menuju sebuah tempat yang sangat beraroma mistis. Perasaan tidak enak mulai menghantui. Taro mulai penasaran akan kelanjutan lukisan itu. Meski belum tahu artinya. Tetapi lukisan itu terhenti di tempat itu. Ketika itu, ada sesuatu yang benar-benar membuat Taro tidak bisa berkata apa-apa. Sebuah cahaya menyilaukan mata yang membuka ingatan akan sebuah cerita zaman dahulu pun terkuak.

“Dahulu kala, dunia ini belum terpisah. Para penduduk tinggal dengan rukun di batang pohon. Mereka semua belum mengetahui adanya alam bagian atas dan bawah. Kedua tempat itu baru terkuat berkat kedua orang yang bersahabat akrab bernama Adiraga dan Teoroga. Mereka berdua adalah seorang yang senang berpetualang. Mereka selalu menuliskan catatan sewaktu mengunjungi tempat-tempat yang berbeda. Sampai suatu hari mereka berdua menemukan dinding pembatas antara dunia atas dan bawah. Karena tidak tahu cara membukanya, mereka coba mencaritahu andaikata ada suatu cara untuk membukanya. Mereka meneruskan perjalanan demi membuka dunia baru. Mereka berdua pun sampai di pusat batang. Sebuah tempat paling mistis yang ada di situ. Dan rahasia untuk menuju ke atas dan ke bawah telah terungkap. Ada dua macam kekuatan yang memungkinkan untuk naik dan turun. Adiraga dan Teoroga mengambil masing-masing dua kekuatan itu. Satu kekuatan berwujud pengubah gravitasi menjadi ringan. Memungkinkan untuk bisa menaiki dinding pembatas bagian atas. Yang satu lagi adalah kebalikannya. Yaitu gravitasi berat sehingga bisa turun ke bawah dan tidak tergantung gravitasi daerah batang lagi. Jadinya bisa menuruni dinding pembatas bagian bawah. Satu hal yang terjadi waktu itu adalah dengan melepaskan kedua kekuatan pembuka dunia atas dan bawah, membuat kekacauan gravitasi dunia bagaian batang. Akibatnya para penduduk sebagian terlempar ke atas dan sebagian ke bawah. Demikian juga dengan Adiraga dan Teoraga. Lalu sejak saat itu, daerah batang langsung tertutup dan terbentuklah labirin. Orang yang terlempar ke bagian atas telah menemukan tempat yang fantastis, begitu juga orang yang terlempar ke bagian bawah”.

Tidak terasa Taro telah mendapatkan suatu flashback asal mula dunia pohon tempatnya hidup. Sepertinya catatan kuno yang ia baca dan yang kakek tadi memang beberapa tulisan perjalanan dari Adiraga dan Teoroga. Kedua orang perubah nasib. Memang sepertinya itu adalah suatu kesalahan ketika melepaskan kedua kekuatan yang membuat terpisahnya kehidupan. Tetapi Taro tidak langsung menganggapnya begitu. Baginya itu adalah langkah awal dari petualangan yang sebenarnya. Mencaritahu tempat baru yang belum terjamah. Dan saatnya Taro berpikir untuk bisa menyatukan kedua kehidupan yang terpisah itu. Mungkin inilah kelanjutan petualangan dari Adiraga dan Teoroga. Meski telah terhenti sangat lama, akhirnya Taro sendiri yang berhasil melanjutkannya.

“Jika ada kekuatan untuk mengubah gravitasi menjadi ringan dan berat, apakah ada semacam kekuatan lain ya ? Semacam penetral atau yang sejenisnya”. Taro mulai bergumam sendiri

Ketika memikirkan hal itu, Taro melihat sebuah cahaya kecil. Sangat redup. Taro coba mengambilnya. Dan siapa sangka. Cahaya itu membuat tubuh Taro menjadi kacau. Semakin tidak terkendali. Bahkan Taro hampir kehilangan kesadaran. “Apakah sebenarnya cahaya itu ?” Taro terus mencoba untuk mengendalikannya. “Mungkinkah kekuatan baru ?” Cahaya itu juga benar-benar membuat Taro tidak bisa berbicara. Semakin kuat, pengaruh cahaya itu semakin merasuki tubuh dan jiwa Taro. Tertinggal kata hati Taro yang belum tersentuh. Dengan kesempatan terakhir pula, yaitu dari dalam hatinya Taro menginginkan untuk membuat semuanya bersatu. Ketiga dunia bisa bergabung lagi. Lalu cahaya itu membuat daerah sekitar hancur. Labirin pun hancur. Taro juga bisa melihat dinding pembatas bagian atas dan bawah dari situ. Taro juga menginginkan kedua dinding itu hancur. Agar orang-orang bisa saling mengunjungi. Dan sebuah kilauan cahaya dari tubuh Taro memang membuat hal itu terjadi. Dinding pembatas pun hancur. Sepertinya itu adalah kekuatan yang menjadi jawaban atas pertanyaan Taro selama ini. Dan dengan begitu, Taro telah membuka era baru. Setelah era Adiraga dan Teoroga yang menemukan dua dunia. Taro membuat dua dunia itu bergabung menjadi satu.

Lalu Taro pulang menuju dunia atas. Ia melihat semua penduduk bagian atas sedang berbondong-bondong mengunjungi dunia tengah dan bawah. Begitu juga sebaliknya bagi penduduk bagian bawah. Hal ini membuat Taro merasa senang. Akhirnya dunia ini bisa bersatu dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya. Dunia bagian atas memang menawan karena setiap hari bisa melihat berbagai bintang dan bulan. Dunia bagian bawah yang penuh dengan variasi lampu keren. Dan penghubung antara kedua dunia itu, awal mula kehidupan di pohon ini. Yaitu dunia bagian tengah. Akhirnya sebuah lanjutan petualangan oleh Taro telah terpenuhi. “Mission complete” ...


TAMAT

0 comments:

Post a Comment