Monday, 25 November 2013

Sisi Lain dibalik Pentas Recycle Bin, Durasi Singkat Tapi Penuh Makna

Sisi Lain dibalik Pentas Recycle Bin, Durasi Singkat Tapi Penuh Makna

Foto oleh: Tim Dokumentasi Teater ID psikologi UNS

Sebuah pemandangan yang sudah biasa kita jumpai di sekitar, yaitu sampah-sampah menjadi objek tema pementasan kali ini. Boneka yang hidup juga menghiasi panggung. Sebagai perwujudan hidup dan suara-suara dari sampah.

Kumpulan sampah yang kelihatan tidak berguna mewarnai pementasan ini. Teater ID atau bisa dikatakan teaternya psikologi mengadakan pentas untuk perdananya di gedung kesenian kampus psikologi, Mesen, Surakarta pada tanggal 20 November 2013. Pentas kali ini mengangkat tema tentang lingkungan hidup yaitu dengan judul Recycle Bin. Waktu pementasan dimulai pukul 19.30 WIB. Durasi pementasan sebenarnya tidak terlalu lama yaitu hanya sekitar setengah jam. Memang untuk sebuah teater, waktu setengah jam dirasa sangatlah singkat. Dan ketika pentas sudah selesai banyak penonton yang bertanya tentang pementasan teater yang disutradarai oleh Hafid Risman seorang mahasiswa sastra Indonesia angkatan tahun 2004 ini. Pertanyaan pertama yang muncul waktu itu adalah mengapa mengambil cerita dengan judul Recycle Bin ? Sang sutradara pun mengatakan bahwa tujuan dari pentas ini adalah untuk menunjukkan bahwa benda seperti sampah yang telihat tidak berguna, tidak diperhatikan, dan juga tidak berharga itu masih bisa di-recycle atau didaur ulang agar menjadi barang yang berguna dan berharga.

Makna yang terkandung disini adalah bahwa biarpun sudah remuk tertindas, kita harus mempunyai keinginan untuk bangkit, berusaha menjadi yang lebih baik, dan juga tidak mudah menyerah. Lalu ada juga komentar dari salah satu penonton yaitu tentang durasi yang sangat singkat. Sang sutradara pun menjawab bahwa ini adalah pentas perdana dari teater yang dikomandoinya. Sebelumnya teater ID ini sudah pernah mengisi acara antara lain di acara prodi K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dan acara prodi KWU UNS. Dan untuk sebuah teater yang pemainnya masih sedikit, seperti inilah yang bisa dilakukan oleh teater yang sempat vakum beberapa tahun ini. Yaitu mengadakan pentas perdana meski hanya dengan durasi singkat. Juga karena sebagai awalan dari sebuah teater untuk lebih mengembangkan lagi keorganisasiannya.

Tentang Proses dan Makna dibalik Pentas
Persiapan yang sekitar dua bulan. Dengan jumlah pemain yaitu tujuh orang. Dan juga masih belum mempunyai semua perlengkapan. Kiranya seperti itulah keadaan sebelum pementasan perdana teater ID. Dengan latihan yang dilakukan rutin dan mulai intensif sekitar enam hari sebelum pementasan telah dilalui oleh para pemeran. Latihan intensif ini dilakukan setiap hari dan juga terkendala dengan penyesuaian jadwal kegiatan tiap pemain. Menjelang beberapa hari latihan bahkan dilalukan sehari penuh sambil menginap di kampus. Sungguh perjuangan yang patut untuk dibanggakan dalam sebuah latihan teater.

biarpun sudah remuk tertindas, kita harus mempunyai keinginan untuk bangkit, berusaha menjadi yang lebih baik, dan juga tidak mudah menyerah

Sebelumnya sang sutradara memberikan naskah, lalu pemahaman naskah. Setelah itu pemantapan vokal agar suara bisa maksimal. Dan yang menarik disini adalah tentang penokohan dalam pementasan. Karakter dalam naskah disamakan dengan karakter pemerannya. Jadi diharapkan bisa sangat maksimal karena telah sesuai dengan wataknya masing-masing. Setelah itu dalam hal perlengkapan antara lain tokoh boneka daur ulang dibuat oleh beberapa pemain dibantu oleh kakak tingkat mereka. Untuk backdrop, beberapa wardrobe, dan lighting meminjam dari UKM teater lain. Dan pada akhirnya tibalah momen pentas perdana teater ID ini. Dari pemasangan backdrop dilakukan langsung oleh sang sutradara. Lalu untuk urusan tata busana bagian kaum perempuan. Dan untuk lighting ditangani langsung juga oleh sang sutradara. Sungguh perjuangan yang sangat hebat yang telah dilakukan oleh seorang sutradara teater. Di waktu pentas, dengan lampu yang menyoroti pemain, musik yang dipadukan dengan adegan, dan gerakan dari pemain layaknya robot yang seakan-akan perwujudan dari sampah yang bisa berbicara kemudian menghiasi pentas itu.


Dari segala persiapan yang telah dilalui sejak awal sampai berakhirnya pementasan seharusnya bisa dipetik pelajaran yang penting. Antara lain kita harus mengapresiasi penampilan dari teater yang mengadakan pementasan. Juga menghargai perjuangan mereka semua sebelum tampil, bahwa dibalik durasi tampil singkat terdapat pula susah payah perjuangan dan latihan yang tidak singkat pula yaitu selama dua bulan. Terakhir kita juga sebagai penonton jangan hanya melihat keindahan pentas tetapi juga menonton makna yang ingin disampaikan oleh para pemain di dalam pementasan. Bahwa sampah-sampah bukanlah benda tidak berharga, tetapi dengan semangat yang hebat maka bisa mengubah sampah menjadi barang yang berguna juga bermanfaat. Tidak lupa pula harapan dari sang sutradara yaitu semoga teater yang ditanganinya ini bisa jaya seperti halnya teater-teater yang lain dan juga dikenal oleh kalangan mahasiswa UNS. (Henri Firmansah)

0 comments:

Post a Comment