Sisi Lain dibalik Pentas Recycle Bin, Durasi Singkat
Tapi Penuh Makna
Sebuah pemandangan yang
sudah biasa kita jumpai di sekitar, yaitu sampah-sampah menjadi objek tema
pementasan kali ini. Boneka yang hidup juga menghiasi panggung. Sebagai
perwujudan hidup dan suara-suara dari sampah.
Kumpulan sampah yang kelihatan tidak berguna mewarnai pementasan
ini. Teater ID atau bisa dikatakan teaternya psikologi mengadakan pentas untuk
perdananya di gedung kesenian kampus psikologi, Mesen, Surakarta pada tanggal
20 November 2013. Pentas kali ini mengangkat tema tentang lingkungan hidup
yaitu dengan judul Recycle Bin. Waktu pementasan dimulai pukul
19.30 WIB. Durasi pementasan sebenarnya tidak terlalu lama yaitu hanya sekitar
setengah jam. Memang untuk sebuah teater, waktu setengah jam dirasa sangatlah
singkat. Dan ketika pentas sudah selesai banyak penonton yang bertanya tentang
pementasan teater yang disutradarai oleh Hafid Risman seorang mahasiswa sastra
Indonesia angkatan tahun 2004 ini. Pertanyaan pertama yang muncul waktu itu
adalah mengapa mengambil cerita dengan judul Recycle Bin ?
Sang sutradara pun mengatakan bahwa tujuan dari pentas ini adalah untuk
menunjukkan bahwa benda seperti sampah yang telihat tidak berguna, tidak
diperhatikan, dan juga tidak berharga itu masih bisa di-recycle atau
didaur ulang agar menjadi barang yang berguna dan berharga.
Makna yang terkandung disini adalah bahwa biarpun sudah remuk
tertindas, kita harus mempunyai keinginan untuk bangkit, berusaha menjadi yang
lebih baik, dan juga tidak mudah menyerah. Lalu ada juga komentar dari salah
satu penonton yaitu tentang durasi yang sangat singkat. Sang sutradara pun
menjawab bahwa ini adalah pentas perdana dari teater yang dikomandoinya.
Sebelumnya teater ID ini sudah pernah mengisi acara antara lain di acara prodi
K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dan acara prodi KWU UNS. Dan untuk sebuah
teater yang pemainnya masih sedikit, seperti inilah yang bisa dilakukan oleh
teater yang sempat vakum beberapa tahun ini. Yaitu mengadakan pentas perdana
meski hanya dengan durasi singkat. Juga karena sebagai awalan dari sebuah
teater untuk lebih mengembangkan lagi keorganisasiannya.
Tentang Proses dan Makna
dibalik Pentas
Persiapan yang sekitar dua bulan. Dengan jumlah pemain yaitu tujuh
orang. Dan juga masih belum mempunyai semua perlengkapan. Kiranya seperti
itulah keadaan sebelum pementasan perdana teater ID. Dengan latihan yang
dilakukan rutin dan mulai intensif sekitar enam hari sebelum pementasan telah
dilalui oleh para pemeran. Latihan intensif ini dilakukan setiap hari dan juga
terkendala dengan penyesuaian jadwal kegiatan tiap pemain. Menjelang beberapa
hari latihan bahkan dilalukan sehari penuh sambil menginap di kampus. Sungguh
perjuangan yang patut untuk dibanggakan dalam sebuah latihan teater.
“biarpun sudah remuk tertindas,
kita harus mempunyai keinginan untuk bangkit, berusaha menjadi yang lebih baik,
dan juga tidak mudah menyerah
Sebelumnya sang
sutradara memberikan naskah, lalu pemahaman naskah. Setelah itu pemantapan
vokal agar suara bisa maksimal. Dan yang menarik disini adalah tentang
penokohan dalam pementasan. Karakter dalam naskah disamakan dengan karakter
pemerannya. Jadi diharapkan bisa sangat maksimal karena telah sesuai dengan
wataknya masing-masing. Setelah itu dalam hal perlengkapan antara lain tokoh
boneka daur ulang dibuat oleh beberapa pemain dibantu oleh kakak tingkat
mereka. Untuk backdrop, beberapa wardrobe, dan lighting meminjam
dari UKM teater lain. Dan pada akhirnya tibalah momen pentas perdana teater ID
ini. Dari pemasangan backdrop dilakukan langsung oleh sang
sutradara. Lalu untuk urusan tata busana bagian kaum perempuan. Dan untuk lighting ditangani
langsung juga oleh sang sutradara. Sungguh perjuangan yang sangat hebat yang
telah dilakukan oleh seorang sutradara teater. Di waktu pentas, dengan lampu
yang menyoroti pemain, musik yang dipadukan dengan adegan, dan gerakan dari
pemain layaknya robot yang seakan-akan perwujudan dari sampah yang bisa
berbicara kemudian menghiasi pentas itu.
Dari segala persiapan yang telah dilalui sejak awal sampai
berakhirnya pementasan seharusnya bisa dipetik pelajaran yang penting. Antara
lain kita harus mengapresiasi penampilan dari teater yang mengadakan
pementasan. Juga menghargai perjuangan mereka semua sebelum tampil, bahwa
dibalik durasi tampil singkat terdapat pula susah payah perjuangan dan latihan
yang tidak singkat pula yaitu selama dua bulan. Terakhir kita juga sebagai
penonton jangan hanya melihat keindahan pentas tetapi juga menonton makna yang
ingin disampaikan oleh para pemain di dalam pementasan. Bahwa sampah-sampah
bukanlah benda tidak berharga, tetapi dengan semangat yang hebat maka bisa
mengubah sampah menjadi barang yang berguna juga bermanfaat. Tidak lupa pula
harapan dari sang sutradara yaitu semoga teater yang ditanganinya ini bisa jaya
seperti halnya teater-teater yang lain dan juga dikenal oleh kalangan mahasiswa
UNS. (Henri Firmansah)
0 comments:
Post a Comment