Sebuah Cerita Pertama Bertemu
Denganmu
Cerita ini sebenarnya berawal
ketika setahun yang lalu. Di kala itu kamu belum muncul meskipun aku dan
sahabat-sahabatku mencarimu. Dan pada tahun ini, kamu pun muncul tepat di depan
mata. Seketika itu, aku dan sahabat-sahabatku langsung mendatangimu. Sebelum
cerita ini berlanjut, biarkan aku memperkenalkan siapa tokoh “kamu” dalam
cerita ini.
Adalah sebuah unit kegiatan
mahasiswa (UKM) badminton. Olahraga ini adalah salah satu olahraga favoritku
dan sahabat-sahabatku. Sudah berlalu setahun tanpa arti ketika UKM badminton
belum terlihat oleh sebagian besar mata mahasiswa. Pada EXPO UNS tahun ini, UKM
badminton pun muncul sebagai UKM yang bisa dikatakan ‘hidup kembali’ setelah
beberapa waktu vakum dari kegiatannya. Waktu itu, aku dan salah satu sahabatku
mendatangi stand UKM badminton. Sambil bertanya tentang
sejarah UKM ini, aku dan sahabatku juga bertanya tentang latihan rutinnya.
Menurut salah satu pengurus UKM badminton, latihan biasa dilakukan pada hari
jumat malam. Karena sulitnya mendapatkan waktu lain selain hari itu. Di waktu
latihan, tidak ada pengelompokan menurut kepiawaian dalam bermain, jadi semua
bisa saling bermain satu sama lain.
Biasanya dulu yang ikut latihan
sedikit sekali. Memang sangat sulit untuk terus konsisten. Jadi, latihan
sementara hanya dilakukan satu kali dalam seminggu. “Kita tidak membutuhkan
orang yang mahir bermain badminton, tetapi kita itu butuh orang-orang yang
konsisten dalam latihan badminton”, kata salah satu personil UKM badminton itu.
Setelah bertanya lumayan banyak tentang UKM itu, aku dan sahabatku pun segera
mengisi formulir pendaftaran. Dan ternyata ada satu fakta tentang UKM badminton
yaitu belum memiliki sekretariat untuk berkumpul layaknya UKM-UKM lainnya. Jadi
ketika pendaftaran itu semua anggota baru pun dipungut biaya administrasi
sebesar Rp10.000,00. Ketika itu, aku dan sahabatku lupa membawa uang sepeser
pun. Jadinya membayarnya di waktu latihan saja. Setelah mendapatkan kabar bagus
itu, aku dan sahabatku langsung memberitahukan tentang hal ini kepada sahabatku
yang lain. Dan ada yang berminat ikut UKM badminton.
Hari-hari terkadang terasa lama
sekali ketika menunggu latihan perdana badminton. Singkat cerita, hari yang
dinanti-nanti pun akhirnya tiba. Yaitu aku dan sahabatku mendapatkan jarkom
latihan perdana badminton yaitu pada tanggal 6 September 2013 pukul 19.00 s.d.
22.00. Aku dan semua sahabatku tidak sabar untuk segera berlatih. Dan akhirnya
cerita yang sebenarnya pada sebuah tulisan ini akan segera dimulai.
Pada hari itu, aku memang terkesan
terlambat. Timing yang salah yaitu jam tujuh sore baru
berangkat ke rumah kontrakan sahabatku dan ternyata semua sahabatku yang akan
ikut badminton belum bersiap-siap untuk berangkat tepat waktu. Akhirnya aku pun
harus menunggu dengan sabar sebelum benar-benar bisa berlatih badminton.
Sekitar jam setengah delapan akhirnya kami pun berangkat menuju GOR tempat
digelarnya latihan badminton. Sesampainya disana, kami semua terkejut,
terkesan, terkesima, tersanjung, terpukau, terpana, terherankan, dan ter-ter
apalah itu yang tidak mampu diungkapkan dengan setiap kata. Banyak sekali yang
telah datang di GOR itu. Dengan langkah agak malu karena belum pernah masuk
GOR, kami pun akhirnya melihat banyak sekali orang-orang yang bisa dikatakan asing
sedang bermain badminton.
Disana ada tiga lapangan dan jelas
saja. semuanya penuh dipakai oleh beberapa orang. Bahkan banyak yang berlatih
tanpa lapangan. Selain itu ada beberapa orang yang terlihat hanya duduk-duduk
saja entah itu di tribun atau di lapangan. Dan ada sesuatu yang membuatku
mengubah sedikit semangatku ketika baru berada didalam GOR itu. Sebuah kejadian
tidak terduga terjadi pada bagian fisikku. Secara singkat bisa disebut sebagai
sakit perut. Dan ada satu hal lagi yang membuatku semakin mengurangi
semangatku, yaitu semua yang berlatih disitu memakai sepatu. Padahal saat itu
aku hanya memakai sandal. Karena kebiasaan sejak dahulu yaitu ketika bermain
badminton selalu tanpa memakai sepatu. Setelah itu, aku dan sahabatku yang
kebetulan waktu itu ada dua, tidak tahu akan berbuat apa, jadinya naik ke
tribun saja. Kami bertiga hanya melihat-lihat dari tribun. Tiga lapangan yang
ada telah digunakan semua. Beberapa pemain putra terlihat hebat ketika bermain.
Satu lapangan dipakai oleh beberapa pemain putri.
Karena hanya melihat, kami bertiga
pun mulai berpikiran negatif tentang ini. Pemain putri yang semuanya bermain
dengan putra adalah yang tidak jomblo. Tetapi untuk yang putra bermain dengan
putra adalah jomblo. Demikian kata-kata dari salah satu sahabatku. Ataukah
hanya sebuah modus belaka. Kami bertiga semakin berpikiran negatif karena tidak
segera mau turun untuk mencoba bermain badminton. Aku pun berasumsi bahwa
mengapa langsung latihan tanpa ada acara perkenalan dulu. Seperti tidak ada
koordinasi secara penuh. Lalu aku juga mulai berpikir bahwa sebaiknya berita
buruk ini harus ditulis di sebuah halaman media cetak. Kedua sahabatku lalu
sangat setuju tentang hal ini. Walau bagaimanapun, bagiku ini sebenarnya tidak
boleh terjadi. Ataukah ini hanya full
of opening saja. Seperti
kejadian pada setahun yang lalu di sebuah perekrutan pertama berbagai
organisasi yang sudah aku ikuti. Yaitu ketika awal memang sangat banyak yang
ikut, tetapi setelah berlangsung beberapa bulan terjadi penurunan jumlah
anggota. Inilah sepertinya kekurangan dalam pembinaan sumber daya manusia.
Yaitu belum bisa membuat anggotanya konsisten.
Dan ada kejadian unik yang sangat
lucu. Ada seorang yang sepertinya adalah senior meneriakkan untuk memasukkan
helm ke dalam GOR. Kami bertiga yang berpikiran negatif pun menganggap itu
adalah sebuah lelucon konyol. Kami tidak membawa helm. Dan lantas, apa hubungan
antara badminton dengan helm ? Sebuah hal yang jelas sangat konyol jika
dipikir. Detik demi detik kian berlalu. Perutku semakin terasa sakit saja. Aku
tidak akan bermain badminton untuk kali ini. Kami bertiga berunding sebentar.
Memang hari pertama kita sepertinya belum bisa main, tetapi kita harus mencoba
setidaknya tujuh kali. Jika tetap tidak ada perubahan seperti pada waktu hari
ini maka kita bertiga akan menghapus badminton dari daftar UKM yang akan
diikuti. Aku pun berpendapat bahwa tidak mungkin tujuh kali mencoba semuanya
akan gagal. Kita bertiga tidak boleh menyerah. Berpikiran negatif boleh sekali
dan diawal. Tetapi berpikiran positif harus berkali-kali dan harus konsisten
sampai akhir. Lalu semua pemain dipanggil untuk berkumpul. Kami bertiga pun
langsung menuju keluar GOR karena sudah tidak tahan lagi. Kedua sahabatku yang
ternyata sudah kelaparan. Kami bertiga pun akhirnya meninggalkan GOR dengan
membawa berita buruk. Dan berakhirlah sebuah cerita pertama bertemu denganmu.
0 comments:
Post a Comment