Sunday 24 November 2013

Sebuah Cerita Pertama Bertemu Denganmu

Sebuah Cerita Pertama Bertemu Denganmu


Cerita ini sebenarnya berawal ketika setahun yang lalu. Di kala itu kamu belum muncul meskipun aku dan sahabat-sahabatku mencarimu. Dan pada tahun ini, kamu pun muncul tepat di depan mata. Seketika itu, aku dan sahabat-sahabatku langsung mendatangimu. Sebelum cerita ini berlanjut, biarkan aku memperkenalkan siapa tokoh “kamu” dalam cerita ini.

Adalah sebuah unit kegiatan mahasiswa (UKM) badminton. Olahraga ini adalah salah satu olahraga favoritku dan sahabat-sahabatku. Sudah berlalu setahun tanpa arti ketika UKM badminton belum terlihat oleh sebagian besar mata mahasiswa. Pada EXPO UNS tahun ini, UKM badminton pun muncul sebagai UKM yang bisa dikatakan ‘hidup kembali’ setelah beberapa waktu vakum dari kegiatannya. Waktu itu, aku dan salah satu sahabatku mendatangi stand UKM badminton. Sambil bertanya tentang sejarah UKM ini, aku dan sahabatku juga bertanya tentang latihan rutinnya. Menurut salah satu pengurus UKM badminton, latihan biasa dilakukan pada hari jumat malam. Karena sulitnya mendapatkan waktu lain selain hari itu. Di waktu latihan, tidak ada pengelompokan menurut kepiawaian dalam bermain, jadi semua bisa saling bermain satu sama lain.

Biasanya dulu yang ikut latihan sedikit sekali. Memang sangat sulit untuk terus konsisten. Jadi, latihan sementara hanya dilakukan satu kali dalam seminggu. “Kita tidak membutuhkan orang yang mahir bermain badminton, tetapi kita itu butuh orang-orang yang konsisten dalam latihan badminton”, kata salah satu personil UKM badminton itu. Setelah bertanya lumayan banyak tentang UKM itu, aku dan sahabatku pun segera mengisi formulir pendaftaran. Dan ternyata ada satu fakta tentang UKM badminton yaitu belum memiliki sekretariat untuk berkumpul layaknya UKM-UKM lainnya. Jadi ketika pendaftaran itu semua anggota baru pun dipungut biaya administrasi sebesar Rp10.000,00. Ketika itu, aku dan sahabatku lupa membawa uang sepeser pun. Jadinya membayarnya di waktu latihan saja. Setelah mendapatkan kabar bagus itu, aku dan sahabatku langsung memberitahukan tentang hal ini kepada sahabatku yang lain. Dan ada yang berminat ikut UKM badminton.

Hari-hari terkadang terasa lama sekali ketika menunggu latihan perdana badminton. Singkat cerita, hari yang dinanti-nanti pun akhirnya tiba. Yaitu aku dan sahabatku mendapatkan jarkom latihan perdana badminton yaitu pada tanggal 6 September 2013 pukul 19.00 s.d. 22.00. Aku dan semua sahabatku tidak sabar untuk segera berlatih. Dan akhirnya cerita yang sebenarnya pada sebuah tulisan ini akan segera dimulai.

Pada hari itu, aku memang terkesan terlambat. Timing yang salah yaitu jam tujuh sore baru berangkat ke rumah kontrakan sahabatku dan ternyata semua sahabatku yang akan ikut badminton belum bersiap-siap untuk berangkat tepat waktu. Akhirnya aku pun harus menunggu dengan sabar sebelum benar-benar bisa berlatih badminton. Sekitar jam setengah delapan akhirnya kami pun berangkat menuju GOR tempat digelarnya latihan badminton. Sesampainya disana, kami semua terkejut, terkesan, terkesima, tersanjung, terpukau, terpana, terherankan, dan ter-ter apalah itu yang tidak mampu diungkapkan dengan setiap kata. Banyak sekali yang telah datang di GOR itu. Dengan langkah agak malu karena belum pernah masuk GOR, kami pun akhirnya melihat banyak sekali orang-orang yang bisa dikatakan asing sedang bermain badminton.

Disana ada tiga lapangan dan jelas saja. semuanya penuh dipakai oleh beberapa orang. Bahkan banyak yang berlatih tanpa lapangan. Selain itu ada beberapa orang yang terlihat hanya duduk-duduk saja entah itu di tribun atau di lapangan. Dan ada sesuatu yang membuatku mengubah sedikit semangatku ketika baru berada didalam GOR itu. Sebuah kejadian tidak terduga terjadi pada bagian fisikku. Secara singkat bisa disebut sebagai sakit perut. Dan ada satu hal lagi yang membuatku semakin mengurangi semangatku, yaitu semua yang berlatih disitu memakai sepatu. Padahal saat itu aku hanya memakai sandal. Karena kebiasaan sejak dahulu yaitu ketika bermain badminton selalu tanpa memakai sepatu. Setelah itu, aku dan sahabatku yang kebetulan waktu itu ada dua, tidak tahu akan berbuat apa, jadinya naik ke tribun saja. Kami bertiga hanya melihat-lihat dari tribun. Tiga lapangan yang ada telah digunakan semua. Beberapa pemain putra terlihat hebat ketika bermain. Satu lapangan dipakai oleh beberapa pemain putri.

Karena hanya melihat, kami bertiga pun mulai berpikiran negatif tentang ini. Pemain putri yang semuanya bermain dengan putra adalah yang tidak jomblo. Tetapi untuk yang putra bermain dengan putra adalah jomblo. Demikian kata-kata dari salah satu sahabatku. Ataukah hanya sebuah modus belaka. Kami bertiga semakin berpikiran negatif karena tidak segera mau turun untuk mencoba bermain badminton. Aku pun berasumsi bahwa mengapa langsung latihan tanpa ada acara perkenalan dulu. Seperti tidak ada koordinasi secara penuh. Lalu aku juga mulai berpikir bahwa sebaiknya berita buruk ini harus ditulis di sebuah halaman media cetak. Kedua sahabatku lalu sangat setuju tentang hal ini. Walau bagaimanapun, bagiku ini sebenarnya tidak boleh terjadi. Ataukah ini hanya full of opening saja. Seperti kejadian pada setahun yang lalu di sebuah perekrutan pertama berbagai organisasi yang sudah aku ikuti. Yaitu ketika awal memang sangat banyak yang ikut, tetapi setelah berlangsung beberapa bulan terjadi penurunan jumlah anggota. Inilah sepertinya kekurangan dalam pembinaan sumber daya manusia. Yaitu belum bisa membuat anggotanya konsisten.


Dan ada kejadian unik yang sangat lucu. Ada seorang yang sepertinya adalah senior meneriakkan untuk memasukkan helm ke dalam GOR. Kami bertiga yang berpikiran negatif pun menganggap itu adalah sebuah lelucon konyol. Kami tidak membawa helm. Dan lantas, apa hubungan antara badminton dengan helm ? Sebuah hal yang jelas sangat konyol jika dipikir. Detik demi detik kian berlalu. Perutku semakin terasa sakit saja. Aku tidak akan bermain badminton untuk kali ini. Kami bertiga berunding sebentar. Memang hari pertama kita sepertinya belum bisa main, tetapi kita harus mencoba setidaknya tujuh kali. Jika tetap tidak ada perubahan seperti pada waktu hari ini maka kita bertiga akan menghapus badminton dari daftar UKM yang akan diikuti. Aku pun berpendapat bahwa tidak mungkin tujuh kali mencoba semuanya akan gagal. Kita bertiga tidak boleh menyerah. Berpikiran negatif boleh sekali dan diawal. Tetapi berpikiran positif harus berkali-kali dan harus konsisten sampai akhir. Lalu semua pemain dipanggil untuk berkumpul. Kami bertiga pun langsung menuju keluar GOR karena sudah tidak tahan lagi. Kedua sahabatku yang ternyata sudah kelaparan. Kami bertiga pun akhirnya meninggalkan GOR dengan membawa berita buruk. Dan berakhirlah sebuah cerita pertama bertemu denganmu.

0 comments:

Post a Comment