Potret Alam

Kabut yang menyerang hutan.

Potret Alam

Penyerangan masih berlanjut.

Potret Alam

Pohon-pohon juga terserang.

Potret Alam

Jalan menjadi berselimut kabut.

Potret Alam

Hutan kian berkabut tebal.

Thursday 27 November 2014

Paedahipun Mata Kuliah Retorika Jawa Wonten Masyarakat

Paedahipun Mata Kuliah Retorika Jawa Wonten Masyarakat


            Retorika, inggih menika ngelmu babagan olah swara, raga, lan busana, miwah basa lan sastra. Utawi saged dipunsebat ngelmu pambiwara. Pambiwara inggih menika tiyang utawi priyantun ingkang tinanggenah ngendhaleni utawi mranata lumampahing adicara utawi pepanggihan saha amarsudi murih lumampahing pawiwahan utawi pahargyan saged rancag saha runtut1. Retorika Jawa menika ngginaaken basa Jawa ingkang sae. Ing semester gangsal menika, wonten mata kuliah retorika Jawa. Tujuwanipun mata kuliah retorika Jawa inggih menika para maha-siswa sastra Jawa gadhah ilmunipun adiwicara.

            Paedahipun mata kuliah menika wonten masyarakat, saged masyarakat dhusun utawi kitha ugi kathah sanget. Ingkang kaping setunggal menawi wonten acara adat. Acara adat menika cacahipun kathah. Menawi wonten tiyang ingkang kagungan kersa pawiwahan penganten, kita saged dados pambiwara. Lajeng tiyang ingkang kagungan kersa menika boten repot anggenipun madosi pambiwara ingkang sanes. Pramila kita saged mbiyantu tiyang ingkang kagungan kersa dados pambiwaranipun.

            Ingkang kaping kalih, menawi wonten acara sepasaran bayi, tiyang ingkang saged dados pambiwara inggih menika migunani sanget. Menawi sampun ngertos ngelmunipun adicara, kita saged tulung-tinulung marang tiyang sanes ingkang kagungan kersa. Lajeng acara kadosta pangaosan, sarasehan, kempalan RT/RW, utawi pengetan 17 Agustus menika migunaaken pambiwara.

            Ingkang kaping tiga, ngelmu pambiwara menika ugi saged kita ginaaken menawi pidhato wonten ngajeng. Salah sawijining tuladha, menawi kita dipundhapuk dados pengurus, pangarsa, ta’mir masjid, ngantos dinten-dinten ingkang dipunpengeti kadosta dinten Kartini, dinten kamardhikan NKRI, lan sapanunggalipun.

            Ugi taksih kathah sanget ginanipun mata kuliah retorika Jawa wonten masyarakat. Mangga kita sedaya nguri-uri budaya Jawi ingkang endah menika ngantos benjang. Matur nuwun.
1.         Drs. Imam Sutardjo, M.Hum, Pidhato Basa Jawi., hlm. 15

Galeri Foto Reog Anak di Kota Solo

Galeri Foto Reog Anak di Kota Solo

Setelah sekian lamanya tidak melihat anak-anak yang menarikan seni Reog, akhirnya inilah yang kutemukan di kota Solo.



Bersambung >>>
 

Sunday 16 November 2014

Pangkur Kempalan RT

Pangkur Kempalan RT


Sugeng dalu para warga
Kakung putri ingkang kula bekteni
Sugeng rawuh kang kinatur
Ing kempalan punika
Mugya para warga tansah guyun rukun
Tansah pinaringan berkah
Berkahipun Sang Hyang Widhi

Solo, 17 November 2014

Aku, Desa, dan Kota

Aku, Desa, dan Kota


Deru musik jalanan jadi saksi
Saksi dua tahun kuhidup di sini
Hidup dalam untaian pelangi kota
Hawa kota dengan aneka warnanya
Beraneka warna kesedihan dan kesenangan
Kesedihan dan kesenangan berbalut dalam jutaan rasa
Sungguh perih rasanya hatiku
Seolah hati ini ingin katakan ‘tuk pulang
Pulang ke desa tempatku berasal
Desa yang sejuk nan segar sepanjang masa
Kesejukan surga yang tersinar di sana
Tersinar kenangan yang timbulkan kerinduan
Kurindu desaku yang tercinta

Solo, 7-16 November 2014

Sinopsis Dan Relevansi Lakon Wayang “Sang Bratasena” Dengan Zaman Sekarang

Sinopsis Dan Relevansi Lakon Wayang “Sang Bratasena” Dengan Zaman Sekarang

Mata Kuliah Telaah Drama




Oleh  :
Henri Firmansah           (C0112022)

PROGRAM STUDI SASTRA DAERAH
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

Sinopsis dan Relevansi Lakon Wayang “Sang Bratasena” dengan Zaman Sekarang
a.       Judul/Lakon wayang        : “Sang Bratasena”
b.      Dalang                              : Drs.Imam Sutarjo, M.Hum
c.       Waktu/Tempat                 : 31 November 2014/ RRI Surakarta

Sinopsis
Ibu para Pandawa, Dewi Kunti melahirkan anak keduanya yang berupa jabang bayi yang terbungkus. Namun selama empat tahun lamanya si bayi belum keluar juga. Di kayangan, Batara Narada berbicara dengan Batara Bayu. Batara Narada menyuruh Batara Bayu untuk turun ke dunia dan memberikan anugerah kekuatan kepada si bayi bungkus tersebut. Lalu anak itu punya nama Bayusiwi yang berarti anaknya Bayu. Batari Durga, ratu segala setan, berusaha untuk membunuh Bayusiwi tetapi malah terpukul oleh kekuatan luar biasa darinya.

Di tempat lain Batara Narada menemui Gajah Sena yang sedang bertapa. Ia bernama Gajah Sena. Narada memberi petunjuk kepada Gajah Sena untuk memecah Bayusiwi yang masih terbungkus. Gajah Sena pun kemudian mencoba untuk memecahnya. Setelah berkali-kali diseru-duk akhirnya pecah juga bungkus tersebut dan muncullah pemuda gagah perkasa. Sang pemuda yang merasa sakit karena diseruduk lalu membalas perbuatan dari Gajah Sena. Gajah Sena pun kalah dan sukmanya masuk ke dalam tubuh Bayusiwi. Bayusiwi kebingungan, lalu Batara Nara-da menceritakan asal usulnya dan sang pemuda itu diberi nama Bratasena dan Pandusiwi karena ia juga anak Pandu.

Bratasena pun kemudian pulang ke negaranya. Dalam perjalanan ia bertemu dengan Semar. Ia diberi wejangan untuk bertemu dengan guru yang tepat yaitu Begawan Durna. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan Anoman. Anoman mengatakan bahwa Begawan Durna bukanlah guru yang tepat, tetapi tekad Bratasena kokoh dan telah bulat.

Di Sokalima, Begawan Durna didatangi oleh Patih Sengkuni dan Dursasana, mereka menyuruh Begawan Durna untuk menyingkirkan para Pandawa. Sang begawan menolaknya karena mereka adalah murid-murid yang hebat. Namun karena kelicikan Sengkuni akhirnya sang begawan pun menyanggupinya. Setelah Sengkuni dan Dursasana pergi,  lalu datanglah Bratasena yang meminta diajari ilmu kesempurnaan pada dirinya. Begawan Durna pun menyetujuinya dengan syarat harus membawa gung susuhuning angin dan tirta pawitrasari sebagai ganti ilmu yang akan diajarkan. Bratasena segera berangkat mencarinya. Ia pergi ke Gunung Candradimuka. Dan mengobrak-abrik gunung tersebut, tetapi malah bertemu dengan dua raksasa bernama Rukmala dan Rukmuka. Terjadi peperangan sengit antara mereka. Pada akhirnya Bratasenalah yang berhasil menang. Setelah itu datanglah Batara Indra dan Bayu memberitahukan bahwa di situ tidak ada sesuatu yang dicarinya. Ia pun pergi ke dasar samudra atas petunjuk dari Begawan Durna.

Sebelum berangkat, Bratasena berpamitan dengan ibunya dan semua saudaranya. Semula mereka semua tidak sanggup untuk mengizinkan Bratasena untuk pergi. Tetapi tekad Bratasena yang tidak mungkin goyah lagi segera pergi. Ketika itu, Krsna memberi kejelasan dan pencerahan kepada mereka semua agar mendoakan keselamatan Bratasena.

Bratasena telah sampai di tepi samudra. Ia sedikit takut karena ombaknya yang besar. Tetapi ia ingat akan tekatnya lalu menceburkan dirinya ke samudra. Di dasar samudra ia bertemu dengan seekor naga. Ia pun bertarung dengan naga tersebut sampai ia terlilit oleh tubuh naga itu. Dengan kuku pancanakanya, ia berhasil membunuh naga tersebut. Lalu ia sampai di kayangan Sunyaruri tempat Dewa Ruci tinggal. Di sana ia mendapatkan wejangan tentang hidup ini. Setelah mendapatkan wejangan yang sangat berharga itu, Bratasena kembali ke rumahnya dan mengamalkan ajaran-ajarannya. Di sana Semar telah menantinya dengan bangga melihat keberhasilan Bratasena.

Relevansi cerita Bratasena dengan kehidupan sekarang sangatlah banyak. Antara lain bisa kita contoh sikap dari Bratasena yang begitu taat dengan gurunya. Sudah tidak banyak murid-murid pada zaman sekarang yang sebegitu menuruti ajaran dari gurunya. Lalu tekadnya yang tidak mudah berubah membuatnya sangat konsisten. Betapa banyaknya orang yang inkonsisten pada zaman ini. Ada juga sifatnya yang tidak gentar melihat bahaya yang menghadang juga tidak banyak ada pada jiwa orang-orang di zaman sekarang. Kemudian bagaimana Bratasena yang mengamalkan ajaran-ajaran dari Dewa Ruci. Kita sebaiknya mencontoh perbuatan-perbuatan dan sikap yang baik dari Bratasena. Karena sangat banyaknya kebijaksanaan muncul dari pelbagai cerita wayang salah satunya cerita tentang Bratasena ini.